PRAYA – Kabupaten Lombok Tengah dipastikan oleh pemerintah kabupaten aman dari krisis pangan tahun 2023. Saat ini santer beredar isu akan terjadi krisis pangan tahun mendatang.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Taufikurrahman menerangkan, pangan membutuhkan tiga hal utama dalam suksesi anti krisis, baik dalam hal produksi, akses dan distribusi. Ketika tiga hal tersebut dapat berjalan dengan aman dan lancar maka semuanya akan aman.
“Produksi kita aman. Akses penjualan kita aman karena banyak penjual. Distribusi kita juga aman,” tegasnya.
“Loteng ini surplus, kebutuhan konsumsi masyarakat Loteng ini berkisar 19.000-20.000 hektare atau setara dengan 240.000 ton per tahun. Jika disandingkan dengan produksi kita diangka 440.000 ton per tahun kita sebagai daerah lumbung pangan,” sambungnya.
Taufikurrahman menyampaikan dengan luas lahan tanam 52.283 hektare saat ini, sementara 10 tahun lalu luas arealnya yakni 54.197 hektare. Dari angka tersebut menandakan menyusutnya lahan pertanian sekitar kurang lebih 10 persen.
“Kedepan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) 20 tahun yang akan datang menjadi 47.000 hektare. Hampir sama dengan luas LSD yang dikeluarkan RDTPN. Kita intens dengan PUPR mengingat lahan kita hanya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),” ungkapnya.
Dijelaskannya, lahan pertanian berkelanjutan hampir di semua wilayah, kecuali di Kecamatan Praya Barat dan Praya Barat Daya. Pengalokasian pupuk pun berkaitan dengan LP2B, maka akan sedikit untuk itu dia menekankan dalam hal ini harus betul-betul serius ditangani.
Sementara ini, Taufik juga menyatakan produktivitas gabah Loteng dalam kategori bagus. Bahkan pada peringkat satu produksi di NTB, dengan luas lahan urutan nomor dua di NTB.
“Mulai dari 4 ton hingga 5 ton naik perhektare. Rata-rata pertahun Loteng menghasilkan 440.000 ton gabah kering panen,” bebernya.(tim)