LOBAR–Kisah Radika bersama keluarganya yang tinggal di kandang sapi selama empat tahun sempat viral di media sosial. Namun tak lama lagi, warga Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada itu akan segera dibangunkan rumah. Setelah Ketua DPRD Lobar Hj Nurhidayah membelikan sebidang tanah seluas satu are untuk lokasi rumah baru keluarga Radika.
Radika selama ini diketahui kerap berpindah-pindah tempat tinggal lantaran tidak memiliki rumah dan lahan. Terakhir, Radika sekeluarga tinggal di sebuah kandang sapi yang disekat sebagai kamar.
“Jadi warga tiang (saya) ini adalah warga pengarat istilahnya. Jadi dia ditaruh di kandang ini karena tidak punya rumah dan lahan. Dan dia diberikan ngarat sapi yang di kandang itu,” kata Kades Nyur Lembang, H. Warti Asmunadi, Rabu (7/9).
Selain kondisi ekonomi yang memprihatinkan, istri dari Radika juga mengalami gangguan jiwa. Namun kini sudah dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ). Sedangkan anaknya paling besar berusia 8 tahun tak mengenyam bangku pendidikan. Namun syukurnya setelah melalui negosiasi dan diskusi dengan berbagai pihak mulai dari Dinsos provinsi, hingga pihak kecamatan, anak dari Radika itu sudah dititipkan di Yayasan Peduli Anak.
“Sekarang dia (Radika) tinggal (di kandang) bertiga sama anaknya yang kedua berusia 5 tahun dan yang terakhir berusia 2 tahun,” imbuh dia.
Dua hari yang lalu, Ketua DPRD Lobar, Hj. Nurhidayah sudah menemui Dika untuk menginformasikan adanya tanah seluas satu are yang telah dibelinya untuk Dika. Kemudian dari Dinas Perkim Lobar juga sudah turun untuk mengukur lahan yang telah dibelikan untuk Dika dan keluarga. Karena sesuai instruksi Bupati, dalam waktu dekat, Pemda akan membangunkam rumah sederhana yang lebih layak huni.
“Ibu Ketua DPRD dan Kadis Perkim sudah komunikasi, supaya pembangunan rumah ini bisa di APBD Perubahan,” ungkap dia.
Karena bila tidak ada solusi dikhawatirkan anak-anak Dika justru menjadi terlantar pendidikannya. Seperti anak sulungnya yang sudah berusia 8 tahun namun tidak sekolah. Lantaran satu keluarga itu tidak memiliki identitas kependudukan, mulai dari Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran, KTP dan yang lainnya. “Saat ini (pengurusan identitas kependudukannya) sedang berproses di UPT Lingsar,” ujarnya.
Namun untuk bantuan sosial yang pernah diterima Dika dan keluarga, Warti mengakui mereka tidak bisa menerima Bansos lantaran tidak memiliki identitas kependudukan. Tetapi setiap ada kegiatan sosial di desa, pihaknya rutin memberikan sembako ke keluarga tersebut. “Sekadar sembako dari desa kita sering berikan,” pungkasnya.
Padahal Dika sering dibujuk untuk mengurus identitas kependudukan ke desa, namun selalu menolak. Hingga akhirnya setelah berita mengenai dirinya viral, banyak pihak yang datang untuk membujuknya. “Baru dia mau, terus kita bawa ke kantor camat, untuk dibuatkan semua-semuanya. KK, KTP sama akta kelahiran,” tutupnya. (Win)