Ide Muncul dari Teman, Butuh Waktu 15 Hari
Budidaya jamur bonggol jagung termasuk hal yang baru di Kota Mataram. Bahkan di Pulau Lombok pada umumnya. Salah satu kelompok tani yang tengah berusaha mengembangkan budidaya jamur yaitu, Kelompok Tani Jamur Sejahtera, Kota Mataram.
RAZAK-MATARAM
MEMAKSIMALKAN semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki agar dapur tetap ngebul. Mungkin kata yang tepat untuk disematkan bagi Kelompok Tani Jamur Sejahtera, Lingkungan Karang Buyuk, Kelurahan Ampenan Selatan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Selain sudah lama membudidayakan jamur tiram, Kelompok Tani Jamur Sejahtera juga tengah berusaha mengembangkan budidaya jamur dari bonggol atau tongkol jagung. Limbah bonggol jagung betul-betul dimanfaatkan oleh kelompok tani tersebut. Untuk bisa menghasilakan produk yang bernilai ekonomis.
Ketua Kelompok Tani Jamur Sejahtera, M Irwan, 37 tahun mengungkapkan, kelompok tani yang beranggotakan 10 orang, tengah berusaha membudidayakan jamur bonggol jagung. Yang selama ini bonggol jagung hanya dianggap sekadar limbah begitu saja. Padahal, sementara ini produk pertanian itu ternyata memiliki nilai tambah.
“Bonggol jagung kan nggak diapa-apain sama petani. Cuman yang sementara memanfaatkan itu pengusaha tahu-tempe sebagai bahan bakar. Itu pun seandinya dibeli,” kata dia kepada Radar Mandalika yang berkunjung ke kediamannya di Lingkungan Karang Buyuk, belum lama ini.
Pria yang juga sebagai penyuluh di Dinas Pertanian Kota Mataram itu menceritakan, awal mula membudidayakan jamur bonggol jagung. Ide untuk mencoba mengembangkan budidaya jamur dari bonggol jagung pertama kali atas saran dari seorang temannya yang juga berprofesi sebagai penyuluh pindahan dari Sumbawa ke Mataram.
“Saya juga berfikir, masak jamur tiram aja yang kita kembangkan. Lama-lama kan orang jenuh sama jamur tiram. Karena butuh yang baru,” cetus pria yang sudah berkepala dua itu.
Sekitar bulan September, kelompoknya pertama kali langsung mencoba budidaya jamur bonggol jagung. Dengan membuat wadah atau tempat budidaya berukuran 5×1 meter persegi yang alas dan penutup wadah cukup dari mulsa. Bonggol jagung kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya agar jamur bisa tumbuh.
Bahan-bahan untuk budidaya jamur bonggol jagung sangat mudah didapatkan. Yaitu, Bonggol Jagung, Dedak, Tape (bahan untuk membuat poteng), dan Pupuk Urea.
Adapun takaran (campuran) dari masing-masing bahan tersebut. Misalkan tempat budidaya berukuran 5×1 meter persegi. Untuk ukuran per 1 meter persegi maka dedaknya cukup 1 kg saja, pupuk urea juga 1 kilo, dan untuk tape cukup hanya tujuh butir saja.
“Ragi tape ini untuk proses fermentasi. Karena, jamur itu kan tumbuh di tempat yang lapuk,” jelas Irwan.
Dia menerangkan, panen pertama jamur bonggol jagung butuh waktu 15 hari dari mulai proses tanam dalam wadah yang sudah disiapkan. Kemudian, dalam sehari bisa memanen 2 kilo gram (kg) jamur. Jika dikalkulasikan selama 15 hari, maka bisa memanen 30 kg jamur bonggol jagung.
“Dari kita tebar medianya (bahannya), 10 hari itu sudah muncul jamurnya. Pas 14 sampai 15 hari sudah mulai panen pertama. Setelah itu baru kita ganti lagi (setelah panen selama 15 hari),” ujar Irwan.
Kata Irwan, biaya produksi jamur bonggol jagung jauh lebih sedikit ketimbang biaya budidaya jamur tiram.“Biaya 5×1 meter persegi untuk bonggol jagung membutuhkan biaya sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu. Tapi satu kali panen saja modal sudah balek,” sebut Irwan.
Betapa tidak, Irwan membeberkan, bahwa harga jamur bonggol jagung bisa menembus angka Rp 30 ribu per kg. Dalam sehari, bisa panen 2 kg selama 15 hari. Pendapatan dari hasil panen jamur ini tinggal dikalkulasikan saja selama 15 hari.
“Kalau di Jawa Rp 30 ribu harganya 1 kilo. Kalau di Mataram, karena kita belum tau paling mahal Rp 40 ribu per kilo. Karena kan ini hal baru. Dan, rasanya lebih enak,” jelas dia.
Kata Irwan, pihaknya baru sekali panen jamur bonggol jagong. Karena baru sekali melakukan uji coba atau pelatihan. Karena jamur ini termasul budidaya baru di Mataram, ujar Irwan, hasil panen pertama beberapa waktu lalu tidak langsung dipasarkan. Melainkan, dibagikan kepala kelompok dan warga setempat.
“Inikan langkah pertama untuk mempromosikan jamur bonggol jagung. Baru satu kali coba langsung berhasil. Cuman, kita tidak jual,” cetus dia.
Saat ini, kelompoknya tengah melakukan uji coba untuk kedua kali. Sehingga, dalam uji coba ini jamur bonggol jagung belum bisa dipanen. Alias perlu menunggu beberapa hari lagi. “Inikan baru uji coba kedua ini,” kata Irwan. Sambil menunjukkan bonggol jagung yang diambil dari dalam wadah yang sudah dibuat.
Karena melihat peluang pangsa pasar jamur bonggol jagung. Apalagi belum banyak orang atau kelompok yang membudidayakan. Irwan mengatakan, kelompoknya saat ini sudah menanam jagung di atas lahan seluas sekitar 100 hektare di wilayah Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram. Untuk dijadikan bahan baku jamur. Dengan harapan, jamurnya bisa dipasarkan.
Rencana ke depan, ujar Irwan, setiap anggota kelompok tani yang berjumlah 10 orang bisa membudidayakan jamur bonggol jagung di rumah masing-masing. Kemudian bisa dipasarkan untuk menambah penghasilan rumah tangga. Sebab, mementara ini uji coba budidaya jamur tersebut baru dilakukan di rumahnya.
“Kita berharap bisa membuat kampung jamur lah (di Lingkungan Karang Buyuk). Juga kita berharap dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari hasil budidaya jamur ini. Termasuk anggota kelompok kita,” cetus dia. (*)