KHOTIM/RADARMANDALIKA.ID DIJUAL: Uang pecahan 50 ribu untuk pembayaran tembakau yang dibeli seorang perokok aktif.

Lebih Irit dengan Berpindah ke Rokok Lintingan

 

 

 

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tentunya berdampak besar. Demikian juga dirasakan para perokok. Saat ini banyak perokok memilih beralih dengan membeli tembakau petani dan membuat rokok lintingan atau pilitan.

 

KHOTIM-LOMBOK TENGAH

HARGA bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan non subsidi yang diambil dari web resmi mypertamina.id, untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) Pertamax Turbo 15.900, Pertamax 14.500, Pertalete 10.000, Pertamina Dex 17.400, Dexlite 17.100, Pertamina Bio Solar 6.800.

Belum sebulan BBM naik, imbasnya sudah mulai dirasakan masyarakat. Salah satunya bagi pecinta rokok. Akhir ini, mendadak banyak perokok beralih ke tembakau linting dengan membeli langsung tembakau petani. Pilihan ini dirasa sangat membantu mereka.

 

Lalu Sulaeman warga Kota Praya perokok aktif yang sudah 19 tahun menikmati rokok menuturkan, dia lebih memilih meninggalkan rokok yang biasa dibeli di kios bahkan took. Misalnya, dulu harga rokok Surya 16 Rp 18 ribu naik signifikan. Sepanjang 2022 sudah dua kali mengalami kenaikan. Belum lama ini harganya Rp 21 ribu naik menjadi 24 ribu.

“Kalau beli tembakau senang khas Lombok itu kan cuma 300 ribu pertumpi, itu bisa menjadi rokok kita sebulan,” cerita seorang seniman ini.

Perokok lainnya, Edi Wijaya mengaku sudah 11 tahun menikmati rokok bermerek. Awal dia selalu membeli rokok seharga 35 ribu perbungkus dan sekarang memilih pindah menggunakan rokok bermerek lebih murah Rp 26 ribu per bungkus.

Diceritakannya, sesekali saat kantong kering (kangker) dia membiasakan diri menikmati tembakau kasturi yang harganya kisaran 70 – 100 ribu per tumpinya, itu dia bisa nikmati sebulan.

“Bagaimana saya bisa menikah, rokok aja mahal bro,” katanya sembari tersenyum.

 

Sementara, pecinta rokok lainya Saiful mengutarakan hal yang sama. Dia mengaku sudah kedung kecandu rokok bermerek. “Tapi kalau sekarang mau tidak mau beli tembakau,” kata seorang ASN Lombok Tengah ini.

Dikatakannya, sebelum BBM naik memang dirinya sudah beralih dengan rokok lintingan atau pilitan. Dia pindah rokok saat pandemic covid-19.

“Saat itu juga rokok naik,” tuturnya.

Namun sebagai perokok aktif, ia yakin yang paling untung saat ini tetap perusahaan rokok. Karena apapun alasan rokok sudah menjadi kebutuhan wajib bagi mereka perokok aktif.(*)

 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 623

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *