IST/RADAR MANDALIKA BERTEMU: Warga gili saat menggelar pertemuan dengan pemerintah, Selasa (20/9).

KLU- PT BAL atau GNE selaku pihak yang menyuplai air bersih di Gili Trawangan dan Gili Meno akhirnya diberikan waktu lagi untuk melakukan operasi suplai air sampai 15 Oktober 2022.

Beroperasinya PT BAL yang sempat diminta tutup ini tidak lain atas desakan warga setempat yang menolak adanya penutupan karena masih membutuhkan suplai air bersih. Terlebih saat ini di kawasan wisata gili saat ini sedang ramai dengan sejumlah event kegiatan guna menyambut wisatawan.

Ketua DPRD Lombok Utara, Artadi menilai penutupan yang dilakukan saat ini belum tepat waktu, sehingga masih diperlukan adanya PT BAL. Sementara itu, dikatakan Artadi, setelah permintaan pembukaan itu, bisa saja batas waktu tersebut diperpanjang.

“Bukan tanpa alasan, sebab saat ini diketahui jika PDAM melalui mitranya yaitu PT TCN belum sepenuhnya siap memasang jaringan tersier di Trawangan, terlebih di Gili Meno” Ungkap Artadi di ruang kerjanya, kemarin.

Sehingga, kata Artadi, meskipun pada tanggal 15 Oktober batas waktu perpanjang PT BAL beroperasi, namun tidak menutup kemungkinan bisa saja operasional GNE diperpanjang.

Dijelaskan, dirinya sudah meninjau ke lokasi bersama Wakil Bupati Lombok Utara beserta sejumlah pimpinan OPD. Di Trawangan rupanya pipa tersier yang menyambungkan jaringan air ke pelanggan justru baru siap sekitar 30 persen.

Terlebih di sana terdapat penolakan lantaran biaya pemasangan meter baru cukup besar mencapai Rp 5,6 juta. Di Gili Meno lebih parah lagi, di sana belum ada jaringan PDAM atau TCN yang terbangun sehingga solusi untuk mengangkut air dari darat ke pulau dinilai tidak efektif.

“Saya rasa tidak semudah itu memasang jaringan air di Gili Meno dengan waktu sedikit ini sampai 15 Oktober. Kalau begitu kejadian semalam (ribut akibat suplai air disetop) akan terulang lagi. Ini yang kita tidak inginkan,” jelasnya.

Politisi Gerindra tersebut beranggapan, masa transisi ini harus diperpanjang lagi guna mengantisipasi gejolak yang timbul di kawasan wisata tersebut. Maka demikian baik PDAM maupun Pemda dan Pemprov harus mengambil langkah menyusun solusi yang tepat supaya masyarakat di dua gili tersebut tidak menjadi korban. Pihaknya meminta supaya saat ini baik GNE, BAL, TCN, dan PDAM supaya diakomodir oleh daerah untuk mendistribusikan air di pulau. Kaitan dengan persoalan administrasi itu bisa diatur dan dikomunikasikan lebih jauh, dengan begitu tidak akan ada gejolak yang timbul di bawah.

“Permintaan kita supaya pemda ini hilangkan ego lah, sekarang bagaimana jangan masyarakat menjadi korban. Kenapa tidak akomodir semua saja, kaitan administrasi tinggal dievaluasi karena di dunia ini hanya Alquran yang tidak bisa diubah. Sepanjang aturan yang dibuat oleh manusia masih bisa kita atur,” bebernya.

Dalam kunjungannya ke gili kemarin, Artadi mengatakan, masyarakat menolak adanya pergantian operator pendistribusian air bersih. Sebab karena selama ini masyarakat sudah kedung nyaman dan enak berlangganan dengan PT BAL. Idealnya, hal itu juga harus menjadi masukan bagi daerah agar tidak memaksakan apa yang menjadi keinginan masyarakat. Meskipun masyarakat sudah diberi keringanan dengan pola mencicil, namun itu juga masih dirasa berat. Apalagi masyarakat baru bangkit usai pandemi Covid-19 yang melumpuhkan ekonomi warga.

“Karena mereka sudah merasa nyaman ini aspirasi masyarakat di Meno. Di Trawangan lebih keras lagi, mereka minta GNE tetap operasi pertama lebih murah dan pelayanannya memang lebih bagus. Maka ini adalah PR untuk PDAM,” pungkasnya.(dhe) 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 339

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *