PRAYA – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtha Ardia Rinjani Praya, Lombok Tengah menyalurkan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CRS). Hingga PDAM tetap memperhatikan masyarakat di wilayah sumber untuk layanan air bersih.
Kepala Dusun Pondok Gedang Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara, Jumuah mengucapkan terima kasih kepada jajaran pengurus PDAM Praya atas perhatian dan bantuan yang diberikan kepada masyarakat di dusunnya. Dimana, PDAM hadir langsung dan peduli kepada masyarakat.
Katanya, selama ini masyarakat mendapatkan sumber mata air dari Makam Benciwe dan Air Terjun Benang Kelambu, dan beberapa masyarakat diberikan mengaliri dari pipa PDAM. Dengan perjuangan masyarakat secara swadaya mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu untuk perbaikan pipa.
“Kadang dulu kita beli sendiri pipanya yang harga murah, kadang juga minta bantuan ke PDAM, dan juga iuran masyarakat dalam pemeliharaan dengan gotong royong,” ungkapnya.
Masyarakat mempercayai, jika sumber mata air Makam Batu Benciwe ini merupakan lokasi pemandian Dewi Anjani. Bahakan tempat bekas duduk mandi Dewi Anjani masih ada di lokasi tersebut. Dan merupakan sumber teratas di mata air di desanya yang dalam masa kemarau ekstrem sekalipun tidak pernah kering.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (PLT) Direktur Utama PDAM Tirtha Ardia Rinjani Praya, Loteng, Bambang Supraptomo mengungkapkan, program tersebut sudah lama dijalankan. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dan perhatian PDAM kepada masyarakat di wilayah sumber. Jangan sampai bermasalah dengan layanan air bersih. Maka penting hadirnya PDAM dengan cara diskusi dan dialog di Dusun Pondok Gedang Desa Aik Berik, dan menjadi pilot projek aspirasi masyarakat yang akan dilakukan dan disepakati bersama.
“PDAM akan membantu jaringan infrastruktur air bersih masyarakat, sekaligus diberikan bimtek soal sistem jaringan, sehingga skillnya sama dengan pegawai PDAM. Mengingat ini merupakan kendala tidak meratanya air di masyarakat sekitar sumber mata air, bukan soal tidak ada air, murni itu karena kesalahan persiapan teknis supaya masyarakat bijak dalam menggunakan air. Ini dikarenakan masyarakat tidak faham teknis perpipaan sehingga tidak maksimal dan merata dalam pemanfaatan jaringan air dari sumber,” jelasnya.
Pihaknya akan memberikan pelatihan serta memberikan sertifikat. Kemudian pengelolaannya diserahkan ke masyarakat secara mandiri. Soal kontribusi nantinya tergantung kesepakatan masyarakat. Misalkan nanti akan dibebankan kontribusi sebesar Rp 10 ribu dengan metode pembagian Rp 5 ribu untuk pengelola dan Rp 5 ribu untuk pengembangan sosial masyarakat yang difasilitasi dari anggaran CSR PDAM.
Dikatakan, eksekusinya dalam waktu dekat, mengingat tim survei akan turun ke lokasi untuk mengecek mata air terdekat.
“Kami ingin dusun mandiri pengelolaan air ini sukses seperti di Desa Lantan, sehingga mendapatkan PAD bagi dusun dan desa. Selama ini kita bantu pipa dan lainnya tapi kalau teknisnya tidak paham maka tidak akan tepat. Dan masyarakat sangat terbuka soal ini. Soal jaringan ini akan mengaliri seluruh masyarakat Dusun Pondok Gedang termasuk fasilitas umum dan ini tidak akan mengganggu jaringan ataupun tiping pipa PDAM,” jelasnya. (tim)