MATARAM – Seorang pasien penyakit saraf inisial BL diduga ditelantarkan pihak Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB. Gadis berusia 15 tahun itu tidak mendapatkan pelayanan medis dengan cepat dan memuaskan. Pasien asal Desa Kateng Praya Barat Lombok Tengah itu tiba di RSUP Sabtu siang (22/2). Namun sampai Sabtu malam, belum juga mendapatkan pelayanan dan kamar perawaran. Pasien hanya dirawat di ruang IGD yang membuat keluarga pasien kecewa.

“Katanya disuruh nunggu dua jam baru ada kamar. Tapi udah lebih dua jam, tapi pasien belum juga dipindah ke ruangan,” sesal paman BL, Lalu Basarudin kepada Koran ini, kemarin.

Keluarga pasien kehilangan rasa kesabaran seingga meluapkan kemarahannya kepada petugas. Namun bukan diberikan ruangan justru sebaliknya.

“Katanya sudah tidak ada ruangan lagi. Tapi karena saya marah-marah lama-lama akhirnya dapat kamar,” katanya.

Rasa kecewa keluarga pasien tidak berhenti di situ. BL harusnya dirawat di ruangan saraf justru dimasukkan di ruang stroke. Ini ia ketahui setelah mendapatkan penjelasan dari seorang ib dokter yang menangani pasien stroke bersama seorang perawat. Itu pun ia sampaikan setelah lama di ruangan stroke.

“Anda salah kamar ini kamar. Tapi pasien stroke, bukan pasien saraf,” kata Basarudin menyampaikan ucapan dokter itu saat datang memeriksa.

Dokter itu enggan memeriksa pasien lantaran bukan pasien stroke mereka pun langsung keluar kamar. Dalam kejadian itu pihak keluarga selain kecewa lantaran salah penanganan oleh pihak RS justru pihak keluarga menyesalkan beberapa kata yang diucapkannya dokter yang diketahui bernama dr Esther itu saat masuk di ruangan pasien. Ucapan itu ditujukan kepada pasien dan pihak keluarga.

“Dokter itu masuk marah-marah bentak keluarga pasien dia berkata tidak pantas. Dia bilang bau bangkai sambil meludah. Pasien busuk dia bilang,” kata Basarudin mengulang perkataan oknum petugas itu.

Dari itu, pihak keluarga berjanji akan menggugat pihak RSUP jika keluarganya kenapa-kenapa. Sebab mereka merasa pihak RS tidak melakukan penanganan secara cepat.

“Kalau ponakan saya kenapa-kenapa kami gugat rumah sakit ini,” ancamnya.

Sementara itu, Direktur RSUP NTB, dr Lalu Hamzi Fikri yang dikonfirmasi mengaku akan mengecek terlebih dahulu kasus tersebut. Baik dari waktu, tempat serta nama dokternya yang menenganinya. Hamzi Fikri mengakui kondisi kamar minggu itu selalu penuh. Ia pun meminta publik mengecek pada sistem BMS.

Beberapa waktu kemudian, Hamzi Fikri mengatakan petugas sudah melakukan  KSE (Komunikasi, Solusi dan Edukasi) ke lapangan.

“Pasiennya sudah ditangani, keluarga pasien sudah menerima penjelasan tentang kondisi itu,” ungkap Hamzi Fikri dikonfirmasi terpisah.

Terkait dengan kejadian itu ia mengaku hanya salah komunikasi saja. Terkait dengan ucapan dokter tersebut, Hamzi tampak membela pegawainya. Bahkan tidak ada dokter yang mengucapkan kata-kata sepereti yang disampaikan oleh keluarga pasien.

“Ucapan dokternya bau amis karena mejanya penuh makanan. Bukan ucapan ditujukan ke pasiennya,” kata Hamzi membela.

Itu ia ketahui setelah memanggil dokter tersebut dan melakukan klarifikasi.

“Dokternya sudah saya klarifikasi objek perkataannya,” jelasnya.

Pihaknya juga membantah pasien tersebut ditelantarkan, bahkan pasien itu sudah diberikan obat.

“Artinya sudah ditangani. Sore ini (kemarin, Red) kita pindah pasiennya,” pungkasnya. (jho)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 172

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *