PRAYA – Cuaca yang tak menentu berdampak kepada petani tembakau yang ada di Kecamatan Pujut. Pasalnya, petani tembakau salah prediksi soal cuaca. Dimana perkiraan musim kemarau tahun ini akan kurang hujan sebab pada masa tanam petani nyaris tidak mendapatkan air untuk menanam tembakau, namun perkiraan petani tembakau tersebut berbeda dari kondisi saat ini. Setelah para petani banyak menanam tembakau dan bahkan sudah pemupukan pertama namun intensitas hujan meningkat hinggga menyebabkan lahan pertanian warga digenangi air.
Kepala Desa Teruwai, HM Arta menjelaskan, pada musim tanam tahun ini lahan pertanian sering digenangi air. Sehingga banyak petani tembakau yang memilih untuk mencopot termbakau mereka dan menanam tembakau yang baru.
“Banyak petani yang menanam kembali tembakau karena mati tergenang air,” jelasnya, kemarin.
Kades menjelaskan, di Desa Teruwai, para petani tembakau bahkan harus menanam ulang hingga tiga kali. Namun kondisi cuaca sebutnya masih membuat petani resah.
Minimnya modal juga membuat beberapa warga tidak bisa menanam tembakau kembali. Dampaknya banyak juga warga yang mulai mengadu nasib ke luar negeri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, kerugian petani tembakau dan gagal panen bukan saja terjadi pada tahun ini. Tahun sebelumnya juga para petani tembakau alami hasil panen yang rendah lantaran hujan lebat yang menyebabkan tembakau mereka mati.
Dengan kondisi ini, para petani tembakau harus diperhatikan oleh pemerintah agar dicarikan jalan keluar, khususnya berkaitan dengan permodalan agar nantinya para petani bisa meminimalisir kerugian.
“Kalau tidak ada perhatian pemerintah bukan tidak mungkin mereka akan mencari alternatif ke luar negeri,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang petani yang sempat dimintai keterangan, Bahri menjelaskan, pihaknya terpaksa mencabut tanaman tembakau yang sudah mati tersebut dengan harapan akan bisa menyelamatkan tembakau yang lain. Namun karena hujan terus turun beberapa minggu terakhir sehingga tembakaunya tidak bisa diselamatkan.
“Ini yang di pematang kita cabut saat hujan pertama karena mati, namun datang hujan lagi sehingga mati dengan sedikit- sedikit, hingga habis,” jelasnya.
Dia juga menegaskan para petani tembakau tahun ini banyak terancam gagal panen karena cuaca yang terus berpotensi turun hujan. Kondisi ini sebutnya berbeda dengan tahun sebelumnya dimana kendati tanaman tembakau mereka layu karena air hujan namun bisa di panen paksa karena tanaman sudah besar dan menjelang masa panen.
“Kalu yang besar mereka bisa panen paksa, tapi ini yang baru pemupukan sekalii kita tidak bisa panen, terpaksa kita biarkan mati,” jelasnya.
Di Kecamatan Pujut, seperti di Desa Teruwai, Kawo, Gapura dan Bangket Parak. Para petani pun banyak yang membiarkan tembakau mereka menguning dan tidak mengurus lantaran tidak adanya harapan tembakau tersebut bisa diselamatkan.
Di beberapa titik pun, sawah yang dulunya dipenuhi tembakau kini berubah menjadi lahan kering, tembakau mereka mati sehingga petani juga menyemprot lahan mereka dengan racun rumput.
“Mungkin ada rencana untuk tanam kembali itu, setelah semua tembakau mati dia racun, mungkin mau tanam komoditas lain,” ungkapnya sembari menunjuk lahan yang kosong tersebut.
Sebagai petani, dia berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan untuk mengurangi kerugian petani sehingga petani bisa menanam komoditas lain yang nantinya bisa sebagai sumber penghasilan petani.
“Kalau kita gagal panen seperti ini kita dapat penghasilan dari mana, kami butuh bantuan pemerintah,” harapnya. (ndi)