LOBAR—Status siaga bencana kekeringan ditetapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Barat (Lobar). Sebanyak 16 desa di lima kecamatan di Lobar menjadi langganan kekeringan. Apel siang bencana digelar Pemda Lobar sebagai langkah penanganan kasus kekeringan. Menyusul perkiraan BMKG yang memprediksi puncak kekeringan terjadi Agustus mendatang.
“Kita naikkan statusnya menjadi siaga, karena sudah ada usulan permintaan air bersih dari tiga desa. Yaitu Desa Kuripan Selatan, Desa Banyu Urip Gerung, dan Desa Labuan Tereng,” terang Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Lobar, H Sabidin yang dikonfirmasi selepas apel di Gerung, Kamis (4/7).
Droping air bersih sudah mulai dilakukan sejak pekan kemarin. Meski fenomena hujan terjadi sepakan ini. Namun ia memperkirakan hujan itu bersifat fluktutif atau datang dan pergi. “Kita syukuri rahmat hujan dari Allah, tetapi Lobar tetap mengantisipasi terhadap kekeringan,” ujarnya.
Pembuatan sumur bor di sejumlah titik rawan kekeringan sudah dilakukan. Anggaran yang bersumber dari APBD maupun dana aspirasi DPRD dipergunakan untuk Pembangunan sumur bor sebagai langkah antisipasi kekeringan. “Lima titik yang kita bangun sumur bor. Yakni di wilayah Batulayar, Gunungsari dan Lingsar,” bebernya.
Sinergi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga dilakukan BPBD dalam persiapan penanganan kekeringan. Termasuk Pemerintah Desa (Pemdes) daerah kekeringan yang menganggarkan pembuatan sumur bor melalui dana desa (DD). “Ini langkah luar biasa menurut saya untuk mengantisipasi kekeringan,” pujinya.
Lebih lanjut mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja itu memaparkan 16 desa terdampak kekeringan di Lobar. Mulai dari Kecamatan Sekotong di Desa Sekotong Tengah, Kedaro, Cendi Manik, Pelangan, dan Sekotong Barat. Bergeser ke Kecamatan Lembar di Desa Labuan Tereng, Sekotong Timur dan Jembatan Gantung.
Selanjutnya di jantung ibukota kabupaten Kecamatan Gerung terdapat di Desa Banyu Urip dan Tempos. Di Kecamatan Kuripan di Desa Giri Sasak, Kuripan Timur dan Kuripan Selatan. Terakhir di Kecamatan Wisata Batulayar di Desa Batulayar Barat, Bengkaung dan Desa Persiapan Penanggak. “Ini daerah yang sudah termasuk terdampak,” katanya.
Mitigasi, pelatihan penanganan kekeringan, simulasi hingga sosialisasi penanganan kekeringan diakui Sabidin, sudah dilakukan sebagai persiapan menghadapi bencana kekeringan. Imbauan kepada masyarakat juga dilakukan agar menambah pemahaman masyarakat dalam pencegahannya. “Hal penting yang kami sampaikan kepada masyarakat terutama di atas pegunungan untuk membuat penampungan air, kemudian menghemat penggunaan air dan secara masif melakukan reboisasi (penghijauan). Itu juga untuk OPD,” imbaunya.
Sejumlah Mobil Tangki Air (MTA) juga sudah siap digunakan untuk membantu droping air bersih. Sabidin mengatakan MTA itu bantuan dari sejumlah stakeholder yang terus membantu Lobar dalam penanganan kekeringan. Baik itu PT Air Minum Giri Menang, PMI, Kementerian Sosial hingga Damkar. “Ada sekitar 15 MTA yang siap bergerak sewaktu-waktu kekeringan memuncak,” ucapnya.
Ia tak membantah hingga kini BPBD justru belum memiliki MTA. Namun Sabidin memahami kondisi kuangan daerah yang belum stabil. Sehingga usulan yang pernah diajukan belum terealisasi. Meski demikian, BPBD tetap siap dalam penanganan bencana apapun. Sebab masih ada anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) yang bisa digunakan. “Kapan pun, kami siap,” pungkasnya. (win)