LOBAR—Banjir yang kerap terjadi di jalur Senggigi, tepatnya di depan Hotel Sheraton, Lombok Barat diduga akibat adanya alih fungsi lahan kawasan hutan dan buruknya drainase. Hal itu berdasarkan temuan Pemerintah Desa Senggigi dan pemerintah kecamatan.
Kepala Desa Senggigi, Mastur mengatakan alih fungsi lahan ini menjadi permasalahan mendasar yang hingga kini belum tertangani. Sebab cukup banyak lahan hijau di kawasan hutan yang berubah menjadi lahan pertanian. Disamping menjamurnya vila yang berada di atas perbukitan Senggigi. “Terutama yang di atas Sheraton itu miliknya vila kebun, banyak lahan yang tandus tidak ada pohon besar atau keras. Itu permasalahan yang mendasar,” ujar Mastur yang dikonfirmasi, Rabu (10/5).
Ia mengatakan perlu adanya keseriusan untuk mengatasi permasalahan itu. Terutama dari pihak provinsi, dalam hal ini Dinas Kehutanan untuk melakukan reboisasi kembali kawasan hutan yang sudah beralih fungsi. Disamping melarang kegiatan alih fungsi lahan untuk pertanian. “Itu penanganan jangka panjangnya,” sarannya.
Disebutnya, terdapat sekitar 50 lebih vila di perbukitan Senggigi yang terdata oleh pemerintah Desa. Mastur pun sudah menegaskan tak akan memberikan rekomendasi ataupun izin adanya bangunan vila baru di kawasannya.
Sedangkan menyinggung drainase jalan, ia berharap adanya penanganan serius dari pemerintah terutama Balai Pelaksanaan Jalan Nasional selaku penanggungjawab jalan itu. Karena kondisi gorong-gorong dan pemecah air yang tersumbat. Bahkan kedalamannya sudah hampir setara dengan jalan.
Meski pemerintah desa ingin melakukan penanganan atas drainase itu, namun dikhawatirkan akan tumpang tindih kebijakan. Mengingat jalan itu jalan nasional.
“Jadinya perlu duduk bersama antara Pemkab Lobar, Pemprov dan Balai Jalan Nasional untuk menangani dranase tersebut,” imbuhnya.
Menurutnya jika banjir terus dibiarkan selain berdampak kepada masyarakat setempat, juga merugikan citra Senggigi sebagai kawasan wisata. Bagaimana tidak dalam kurun waktu beberapa pekan saja, sudah dua kali terjadi banjir di titik yang sama. “Ini harus segera ada solusi,” pungkasnya.
Terpisah, Camat Batulayar Afgan Kusumanegara membantah buruknya drainase jalan tersebut. Dari pantauan yang dilakukan pihaknya terdapat dua gorong-gorong yang terhubung langsung dengan parit utama sumber air yang salah satunya tak berfungsi.
“Gorong-gorong yang ada di depan kantor Telkom tidak berfungsi sama sekali,” terang Afgan.
Selain itu got pinggir jalan di depan musala yang seharusnya bisa menjadi pembagi air justru kondisinya tertutup total oleh lumpur dan pasir. Padahal kedalaman got tersebut 1 meter. “Jadi posisinya di depan musala dan tembus ke depan kantor Telkom,” paparnya.
Akibat tertimbun, got yang harusnya bisa menampung aliran air itu justru tak berfungsi. Sehingga air meluap ke jalan dan memicu banjir. Pihaknya pun segera bersurat kepada Balai Pelaksana Jalan Nasional untuk penanganan lebih lanjut.
“Kita sedang menyiapkan surat,” pungkasnya. (win)