IST/ RADAR MANDALIKA DIKERAMATKAN: Warga saat mencuci muka di Makam Kleang, kemarin.

Ziarah Rutin Dua Kali Setahun, Meminta Keselamatan Dunia dan Akhirat

 

Warga Dusun Kelambi rutin berziarah di Makam Kleang. Ziarah sarat dengan nilai sakral dan permohonan untuk meminta keselamatan dunia dan akhirat. Dikeramatkan sebagai tempat tertinggalnya sorban hingga diyakini sebagai tempat singgah para wali. 

 

FENDI-LOMBOK TENGAH

 

Makam Kleang merupakan salah satu tempat keramat yang ada di tengah Bendungan Pengga Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya. Makam tersebut setiap minggunya pada hari peziarah yakni hari Kamis selalu ramai dikunjungi pengunjung baik dari desa setempat, luar desa dan juga wilayah lainnya.

Ada berbagai kepercayaan masyarakat berkaitan dengan makam tersebut, semuanya tersebar melalui penuturan dan kisah dari masing-masing tokoh yang membawa mereka ke tempat tersebut. Hal demikian pula terjadi pada masyarakat Dusun Kelambi, Desa Pandan Indah. Dusun yang lokasinya tidak jauh dari makam tersebut memiliki cerita tersendiri terkait sosok dibalik makam tersebut.

Dimana berdasarkan informasi dari keturunan mereka bahwa makam liang atau kleang tersebut erat kaitannya dengan makam Nyatoq. Bahkan pihaknya mempercayai sosok ulama yang ada di makam Kleang tersebut sama dengan makam Nyatoq Desa Rembitan, Kecamatan Pujut. Namun hanya saja keberadaan makam yang ada di tengah Bendungan Pengga tersebut diyakini sebagai tempat tertinggalnya sorban wali tersebut dan diyakini sebagai tempat singgah para kekasih Allah.

“Menurut cerita para leluhur nenek moyang kami bahwa makan Nyatoq memiliki hubungan yang erat dengan makam liang/kleang. Makam liang/kleang ini tentu memiliki keunikan dan keramat tersendiri dikarenakan tempatnya di tengah bendungan yang secara logika pasti air bendungan membanjiri tempat tersebut namun makam ini tetap berdiri kokoh meski keberadaannya di tengah bendungan. Menurut cerita, makam liang/kleang sebagai tempat singgahnya para waliyullah dalam perjalanannya berdakwah menyebarkan agama islam. Di tempat ini konon ceritanya para waliyullah meninggalkan selendangnya sehingga masyarakat kuno memberi namanya makam liang/kleang,” certia Kusnadi Unying. 

Dengan mengharap keramat wali tersebut warga Dusun Kelambi terangnya, mengunjungi makam melakukan ritual ziarah ke makam kleang sebanyak dua kali setiap tahun. Dimana dilakukan awal musim kemarau dan masuknya musim hujan. Dalam ziarah tersebut dilakukan warga dengan syarat nilai- nilai sakral, dimana warga yang berziarah harus menyiapkan beberapa kebutuhan sesuai dengan hajat mereka, bahkan ada yang juga membawa kambing untuk disembelih di lokasi makam sesuai hajat mereka.

“Pada saat musim kemarau tradisi ziarah ke makam ini dihiasi dengan budaya perang timbung (bakar tetimbung), bakar tetimbung ini dilakukan sebelum hari kunjungan yaitu pada hari Rabu. Kunjungan ziarah ke makam liang/kleang selalu dilaksanakan pada hari Kamis, tradisi selanjutnya, di makam ini para peziarah melakukan ritual bakar ayam kampung bahkan ada yang menyembelih kambing, sapi hingga kerbau sebagai sesaji dalam melaksanakan ritual roah atau tahlilan,” ungkapnya.

Ada banyak kegiatan ritual lain yang dilakukan masyarakat bersama tokoh atau mangku peziarah. Mulai dari kegiatan tahlilan, membasuh muka, mengisi benda-benda tajam dengan kekuatan mistis dan kegiatan lain sesuai hajat masing-masing.

 Muara dari semua kegiatan ritual tersebut ungkapnya, sebagai sarana untuk meminta pertolongan dan keselamatan dari tuhan yang maha kuasa. Dimana setiap petilasan, makam, dan sejenisnya diyakini akan mempermudah terkabulnya permintaan dan hajat masyarakat kepada tuhan yang maha kuasa.

Dimana dengan kehadiran mangku, sebagai pembaca doa akan memudahkan terkabulnya hajat dan permohonan keselamatan dari setiap masyarakat.

“Ada kiyai yang nantinya berdoa di dalam,” tandasnya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 1015

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *