PRAYA – Yayasan KEHATI bekerjasama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) dan Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari menanam 11.000 bibit bambu tabah di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung, Lombok Tengah. Program yang didukung oleh CIMB Niaga ini bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi dan pemanfaatan bambu secara lestari, Sabtu kemarin.
Sampai saat ini, sekitar 18.700 bambu tabah dari target penanaman sebanyak 30.000 bibit bambu tabah dalam jangka waktu 3 tahun telah ditanam di KHDTK Rarung Desa Pemepek Kecamatan Pringgarata. Selain penanaman bambu tabah, dua kelompok tani pemilik Hak Kelola di KHDTK telah mendapatkan pendampingan dan penguatan kapasitas tentang budi daya pengolahan bambu, penguatan kelembagaan kelompok dan ekonomi.
Kegiatan ini mendapatkan pendampingan oleh Pusat Studi Bambu Universitas Udayana, Fakultas Teknologi Pangan Universitas Mataram dan BPSILHK sebagai pengelola KHDTK. “Yayasan KEHATI bersama CIMB Niaga dan BPSILHK mendorong pelestarian bambu tabah berbasis masyarakat dan pengembangan diversifikasi produk di kawasan KHDTK Rarung. Masyarakat terlibat aktif dalam pelestarian hutan,” ujar Direktur Program Yayasan KEHATI, Rony Megawanto.
Pakar bambu tabah dari Universitas Udayana, Dr Diah Kencana menjelaskan bahwa, bambu tabah adalah salah satu dari 1.700 jenis bambu yang ada di dunia. Jenis ini awalnya banyak tumbuh di Bali tepatnya di Pupuan Tabanan Bali dengan ketinggian 400-1200 meter dpl. Penanaman bambu tabah secara langsung dapat meningkatkan tutupan vegetasi pada lahan-lahan terbuka di sekitar daerah aliran sungai. Hal itu berdampak positif pada upaya mengurangi erosi, mencegah longsor dan mempertahankan serta meningkatkan debit air dari sumber-sumber air di hulu dan sekitar aliran sungai.
“Secara ekonomi, bambu tabah memiliki potensi pasar yang tinggi. Setidaknya ada 17 turunan produk olahan bambu tabah yang telah dihasilkan dari riset mahasiswa S1, S2 dan S3, serta menjadi produk layak jual,”jelasnya.
Secara aspek sosial, pengembangan usaha produktif bambu tabah yang berhasil dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap hutan, dari pandangan hutan sebagai tanah terlantar, rusak dan hanya dieksploitasi oleh segelintir orang, menjadi pandangan bahwa hutan adalah sumber daya yang perlu dilestarikan karena memberikan nilai manfaat yang tinggi dan luas bagi lingkungan dan bagi masyarakat di sekitarnya.
Perubahan pandangan tersebut akan meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang selama ini sering diwarnai oleh konflik sosial yang
tinggi antara masyarakat dan pihak pemangku kawasan hutan. Sejak tahun 2012, Yayasan KEHATI telah bekerjasama dengan CIMB Niaga mendukung pelestarian dan pemanfaatan bambu berbasis masyarakat di Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan yang dilakukan mulai dari pembibitan penanaman, perawatan, pemanfaatan bambu, khususnya bambu betung, tali, hitam dan tabah dengan melibatkan mitra lokal baik LSM, koperasi, petani bambu, khususnya perempuan, serta akademisi.
Sementara, Kepala BPSILHK Mataram, Bintarto Wahyu Wardani menyampaikan pentingnya kolaborasi multi pihak dalam melakukan upaya-upaya pelestarian hutan dan lingkungan.
“Kolaborasi sudah menjadi suatu kebutuhan yang perlu dikedepankan, karena menjaga hutan dan lingkungan tidak saja menjadi kewajiban rimbawan, namun menjadi kewajiban semua pihak yang menerima manfaat dari keberadaan hutan,” paparnya.
Dijelaskan Bintarto, program pengembangan bambu tabah di KHDTK Rarung sangatlah tepat karena spesies bambu merupakan salah satu tanaman pelindung yang dapat
meningkatkan fungsi lindung KHDTK sebagai pengatur tata air dan konservasi tanah. Tanaman bambu juga digolongkan sebagai tanaman HHBK yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara berkelanjutan.
Pengembangan bambu tabah sampai saat ini telah mampu merehabilitasi lahan hutan bervegetasi kosong dan jarang sekitar 35 ha. Hasilnya secara perlahan sudah mulai dapat dirasakan, misalnya peran hutan sebagai sumber penyangga kehidupan sangat terlihat nyata, dalam hal penyediaan sumber pangan alternatif bagi masyarakat berupa rebung dan pakan tambahan bagi satwa. Untuk
selanjutnya, kolaborasi serta komunikasi yang dibangun oleh semua pihak ini perlu terus ditingkatkan baik dari sisi perencanaan maupun proses pelaksanaannya, agar tujuan dan harapan mulia dalam mewujudkan hutan dan lingkungan tetap lestari, asri serta bermanfaat bagi masyarakat sekitar dapat tercapai secara optimal.(tim)