LOBAR—Indek Pembangunan Manusia (IPM) Lombok Barat (Lobar) mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Badan Pusat Stastistik (BPS) Lobar merilis IPM Lobar berada di posisi ke 4 di Nusa Tenggara Barat (NTB) di angka 72,18 persen. Mengalami peningkatan dari 2022 lalu diangka 71,44 persen.
Salah satu ponopang peningkatan IPM itu ada pada angka Usia Harapan Hidup (UHH) yang mengalami kenaikan dari 71,94 menjadi 72,37 tahun. Sisi pertumbuhan UHH dianggap paling tinggi di NTB yang mencapai 0,6 persen. Namun untuk UHH Lobar tetap masih berada diposisi ke empat.
Rilis capaian itu disampaikan BPS Lobar saat ekpos IPM yang berlangsung di Aula Kantor Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lobar.
Kepala Badan Bappeda Lobar, H Ahmad Saikhu menerangkan capaian IPM itu sudah melebihi target RPJMD Lobar.
“Sudah melampaui terget 70 persen di RPJMD,” terang Saikhu selepas acara Ekspos IPM, Senin (11/12).
Menurunya salah satu sektor yang membuat IPM Lobar meningkat ada pada UHH tersebut. Artinya masyarakat berusia 72 tahun masih dianggap produktif. Selain itu peningkatan juga pada daya beli masyarakat berkaitan dengan ekonimi kemudian juga pada sisi pendidikan.
Langkah peningkatan IPM terus dilakukan Pemkab Lobar, dengan segera menyusul RPJMD untuk lima tahun kedepan.
“Tentunya yang menjadi acuan kita capaian IPM tahun ini,” jelasnya.
Sementara itu Kepala BPS Lobar, Lalu Suprapna menerangkan ada beberapa kompenan perhitungan IPM tersebut, dari Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi. Pada Komponen kesehatan, UHH Lobar mengalami peningkatan tertinggi di NTB dari sisi pertumbuhannya yang mencapai 0,6 persen.
“Usia Harapan Hidup Lobar itu naik dari 71,94 menjadi 72,37 tahun, atau pertumbuhanya paling tinggi 0,6. Tetapi dari angka UHH tetap paling tinggi Kota Mataram,” ungkapnya.
Kemudian untuk kompenen pendidikan pada rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah, Suprapna mengungkapkan bahwa Lobar memiliki pekerjaan rumah besar untuk rata-rata lama sekolah. Sebab Lobar paling rendah berada di peringkat tiga terbawah di NTB setelah Lombok Tengah dan KLU. Masih berada diangka 6,67 persen, artinya putus sekolah di Lobar paling tinggi hingga jenjang SMP kelas 1.
“PR terbesar di Lobar ini pada Rata-rata Lama sekolah, dan itu tidak gampang untuk meningkatkan itu. Karena meskinya kita hitung itu usia 25 tahun keatas yang tidak sekolah lagi. Agar bisa itu anak-anak dibawa usia 25 tahun jangan ada sampai putus sekolah, baik SD, SMP, dan SMA, supaya 25 tahun keatas angka itu bisa bagus,” jelasnya.
Meski ada program kejar paket untuk menempuh pendidikan, hanya saja dinilai kurang efektif untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah tersebut. Sebab jika tidak ada bukti sudah menempuh pendidikan kejar paket itu tidak bisa dikonfersi dalam anga rata-rata lama sekolah tersebut.
“Tapi kedepan bagusnya, dijaga jangan sampai putus sekolah. Disamping itu juga ini berkaitan dengan pernikahan dini,” paparnya.
Kemudian untuk komponen ekonomi, diakuinya pertumbuhannya sedang bertahab mengalami peningkatan pasca pandemi covid-19. Angka kemiskinan di Lobar 2023 ini mengalami sedikit peningkatan dipengaruhui akibat inflansi dampak kenaikan sejumlah kebutuhan pokok dipasar.
“Seperti minyak langka, bbm naik dan sebagainya. Jadi banyak masuk digaris hampir miskin, ketika ada lonjakan inflansi dikit, mereka masuk ke angka miskin,” pungkasnya. (win)