LOBAR – Pihak kepolisian Polres Lombok Barat masih mendalami kasus dugaan penimbunan BBM bersubsidi di SPBU Meninting, Kabupaten Lombok Barat.
Kasat Reskrim Polres Lobar, Iptu I Made Dharma Yulia Putra yang dikonfirmasi membenarkan jika tengah dalam penanganan kasus dugaan penimbunan BBM bersubsidi.
“Masih dalam proses penangananya, masih dalam pemeriksaan saksi-saksi,” terangnya via telpon.
Dari informasi awal diperoleh pihaknya truk merah itu berasal dari Lombok Tengah. Hanya saja pihaknya belum mengetahui pemilik truk itu berasal dari mana. Sebab, pihaknya masih terus mendalami.
“Masih kita periksa, karena masih ada mau pemeriksaan tambahan lagi,” jelasnya.
Pihaknya pun masih baru bisa menduga truk itu mengisi minyak. Sebab, Dharma mengatakan harus ada pemeriksaan dari ahli terkait hal itu.
“Kami akan membawa sempel dan membawa ke BPH Migas di Jakarta,” pungkasnya.
Sebelumnya, sejumlah warga Batulayar Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menghadang sebuah truk yang diduga akan menimbun bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Rabu (31/8). Lantaran curiga lamanya mengisi minyak saat di SPBU Meninting. Terlebih warga curiga dengan adanya selang yang mengarah masuk kedalam bagian belakang truk yang tertutup terpal.
“Itu masyatakat menangkap sore sehari sebelum kabar akan naiknya BBM 1 September,” terang Camat Batulayar, Afgan Kusuma Negara saat dikonfirmasi Radar Mandalika, Jumat (2/9).
Truk berwana merah tanpa plat nomor polisi itu langsung ditahan warga setempat. Hingga pihak Polkes Batulayar. Selanjutnya kata Afgan, pihak polsek langsung membawa ke Polres.
“Sebatas kita mengamankan saat itu saja dan sudah dibawa ke Polres,” bebernya.
Mencegah terjadinya hal serupa terulang kembali, pemerintah kecamatan dan masyarakat akan terus memantau serta mengawasi SPBU di Kecamatan Batulayar. Baik itu SPBU di Meninting maupun di Mangsit. Pihaknya tak ingin masyarakat Batulayar terutama para nelayan yang membutuhkan BBM bersubsidi dirugikan akibat dugaan aktifitas penimbunan itu.
“Masyarakat kami yang nelayan sudah susah mencari kupon (rekomindasi desa) setengah mati pagi harinya, terus mengantri baru bisa sore jelang malam dapat mengisi, itupun dibatasi dapatnya. Terus jangan seenaknya mereka (oknum) itu membeli minyak jumlah besar dan nelayan kami tidak kebagian,” pungkasnya.(wen)