MATARAM – Jeritan rakyat jelata dimana-mana. Ini lantaran harga beras cukup memeras. Harga beras Rp 14.500 per kg jauh dari harga normalnya. Publik akhirnya bertanya-tanya ada apa dengan NTB yang selama ini selalu menjadi lumbung pangan nasional.
Asisten II Setda NTB, Fathul Gani menerangkan, stok beras di NTB masih surplus mencapai 360 ribu ton. Hal itu dilihat dari data produksi padi berdasarkan survei Kerangka Sampel Area (KSA) BPS angka sementara hingga Oktober 2023 mencapai 1,382 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) setara beras 900 ribu ton.
“Kebutuhan beras NTB rata-rata 538 ribu ton. Sehingga surplus beras di NTB berkisar 360 ribu ton dengan perhitungan angka sementara sampai Oktober,” ungkap Gani usai memimpin Rapat Stabilisasi Harga Beras di Wilayah NTB di Mataram, kemarin.
Terkait harga, di tingkat petani medium rata-rata Rp11.129,- premium rata-rata Rp11.886,- harga sampai di tingkat konsumen saat ini berkisar Rp.12.000 sampai dengan Rp.14.500,-.
Gani menegaskan, pihaknya telah menyiapkan langkah-langlah pengendalian. Bulog bersama dinas terkait melakukan operasi pasar SPHP di beberapa lokasi terutama wilayah perkotaan serta percepatan Bantuan Pangan Tahap II yang dipercepat periode September sampai dengan November 2023 dengan target 18.000 KPM.
“Langkah selanjutnya dengan optimalisasi penerapan Pergub Nomor : 38 Tahun 2023 tentang Pengendalian dan Pengawasan distribusi gabah,” ungkapnya normatif.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, pihaknya belum bisa memprediksi kapan harga beras kembali normal. Sebab salah satu penyebab naik harga karena ada pengaruh kebijakan luar negeri lalu faktor cuaca (Elnino).
“Kalau cuaca kita bisa asumsikan sampai dua tiga bulan ke depan (normal), tapi karna pengaruh luar (masih) jadi kami tidak bisa prediksi, kecuali negara ada sumber impor beras dari negara lain,” katanya.
Meski dalam rapat Stabilisasi Harga Beras di Wilayah NTB yang dihadirinya dengan memutuskan dilakukan Operasi Pasar (OP), namun OP itu tidak bisa langsung dilakukan.
“Pasti butuh waktu. Seperti Januari kemarin kan kami OP sampai 1 bulan baru terkendali. Ini kan kita baru mulai dan OP juga kita mulai di perkotaan. sesuai kemampuan Bulog,” paparnya.
Untuk itu kenaikan harga beras tidak saja terjadi di NTB, namun kasus nasional. Berdasarkan rilis Kementerian Perdagangan, kenaikan harga beras disebabkan pertama larangan ekspor beras India di Pasar Global. India merupakan negara mengeskpor beras terbesar di dunia mencapai 40 persen. Kedua dampak kekeringan, Elnino menyebabkan produksi berkurang. Elnino menyebabkan pasokan air berkurang. Kekeringan di Lombok mempengaruhi produksi beras.
“Selain kekeringan yang menyebabkan gagal panen, hal yang membuat harga beras terus naik karena NTB menjadi provinsi yang menyuplai beras untuk provinsi lain,” pungkasnya. (jho)