MATARAM– Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB kian menunjukkan kinerja progresifnya. BRIDA NTB gerak cepat (Gercep) menindaklanjuti arahan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam menjalankan riset dari hulu ke hilir.

Selasa (10/07) di kantor BRIDA NTB, Kepala BRIDA NTB, I Gde Putu Ariadi melangsungkan pertemuan dengan Dekan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram (UNRAM). Mereka bersepakat untuk menjalankan riset terpadu dari hulu ke hilir.

“Fokus utama kolaborasi ini adalah pengolahan nira, kelor, dan rumput laut sebagai bagian dari strategi besar pemberdayaan masyarakat desa serta transformasi sumber daya alam lokal menjadi produk bernilai tinggi,” terang Kepala BRIDA NTB, I Gde Putu Ariadi di Mataram, Selasa (10/07)

Aryadi menuturkan, kegiatan riset itu ditujukan untuk menjawab tantangan ketahanan pangan, pengurangan impor bahan baku, serta peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku UMKM lokal melalui pendekatan berbasis riset terapan.

“BRIDA dan UNRAM menetapkan tiga fokus utama riset jangka pendek,” katanya.

Ketiga fokus riset tersebut. Pertama, pemanfaatan kelor sebagai alternatif sumber protein untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor pakan berbasis jagung. Potensi kelor yang kaya protein akan dioptimalkan sebagai substitusi dalam sektor peternakan.

Kedua, pengembangan produk kombinasi kelor dan rumput laut, mengingat kandungan air kelor yang dapat bersinergi secara fungsional dengan rumput laut. Kombinasi ini berpotensi menghasilkan produk kesehatan dan pangan inovatif. Terakhir diversifikasi pengolahan nira aren. Tidak hanya terbatas sebagai gula aren, namun juga diarahkan sebagai bahan dasar minuman siap saji yang memenuhi standar BPOM.

Mantan Kadisnakertrans NTB itu mengatakan Fatepa UNRAM sendiri telah memiliki peta digital terkait sentra pengolahan nira aren. Namun, tantangan terbesar berada di tingkat hulu, yakni masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap proses pengolahan yang sesuai dengan standar biologis, kimia, dan higienitas. Oleh karena itu, edukasi dan penyuluhan akan menjadi agenda utama dalam kegiatan riset berbasis masyarakat ini.

Untuk memastikan kelancaran dan dampak optimal riset kolaboratif ini, BRIDA NTB meminta disusun perencanaan konkret. Kegiatan lapangan akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dinas terkait, penyuluh lapangan, akademisi, dan pelaku industri lokal.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak transformasi riset berbasis potensi lokal yang berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat menjadi kunci dalam membangun NTB sebagai pusat inovasi agroindustri nasional,” pungkasnya. (jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *