RAZAK/RADAR MANDALIKA MENGADUK: Seorang petugas gizi pada Puskemas Langko sedang mengaduk komposisi F-100 untuk anak yang mengalami gizi buruk, kemarin.

JANAPRIA – Kasus anak dengan gizi buruk masih saja terjadi di Kabupaten Lombok Tengah. Termasuk dua kasus gizi buruk ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Langko, Kecamatan Janapria. Kasus gizi buruk di wilayah kerja puskesmas itu menimpa warga dari Desa Loang Maka dan Selebung Rembiga.

“Ada dua orang yang terlapor,” ungkap Koordinator Gizi pada Puskemas Langko, Kamardan pada Radar Mandalika, Kamis (7/10).

Pihaknya mengutarakan, sebelumnya memang ada ditemukan tiga kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskemas Langko. Selain dari warga Desa Selebung Rembiga dan Loang Maka. Kasus gizi buruk juga sempat menimpa satu orang warga dari Desa Langko. Tapi kondisinya sudah membaik sehingga tidak lagi mengalami gizi buruk.

“Kemarin ada satu di Desa Langko tapi sudah baik. Status gizinya sudah berubah,” ungkap Kamardan.

Pihaknya mengutarakan, satu orang anak dari Desa Loang Maka, tepatnya di desa persiapan Prako, itu ditemukan mengalami gizi buruk sejak tahun 2019 lalu. Sedangkan, satu kasus gizi buruk di Desa Selebung Rembiga itu mulai diketahui sejak Senin, tanggal 4 Oktober 2021. “Ada kelainannya. Penyakit penyerta,” ungkapnya.

Sebenarnya, ujar dia, satu orang anak dari Selebung Rembiga yang belakangan baru diketahui mengalami gizi buruk, itu sempat mengikuti kegiatan posyandu pada bulan Juni. Tapi waktu itu anak bersangkutan belum masuk status gizi buruk.

“Tapi karena ada penyakit kelainan, asupannya tidak bisa, drop, sehingga langsung dirujuk ke rumah sakit,” ungkapnya.

Dikatakan, persoalan kasus gizi buruk disebabkan beberapa faktor pemicu. Baik itu penyebab langsung maupun tidak langsung. Antara lain sosial ekonomi, sanitasi, lingkungan, penyakit penyerta, asupan makanan (gizi). Hingga pola asuh yang kurang maksimal seperti kasus gizi buruk yang ditemukan di Desa Loang Maka maupun di Selebung Rembiga.

“(Kasus) yang di Prako (desa persiapan dari pemekaran Desa Loang Maka, red) juga diasuh sama neneknya. Kalau yang di Selebung juga diasuh sama neneknya,” ujarnya.

Beberapa langkah diambil oleh pihak puskesmas dalam mengatasi kasus gizi buruk. Di antaranya dengan memberikan asupan makanan Formula 100 (F-100) bagi anak yang mengalami gizi buruk. Kemudian memonitoring perkembangan berat badan anak setiap dua minggu sekali. “Itu kalau dia dalam kondisi yang dengan klinis-nya bagus. Kalau misalkan dia punya penyakit penyerta nanti kita rujuk ke rumah sakit,” jelasnya.

“Ada yang gizi buruk tapi dalam kondisi sehat. Maksudnya aktifitas bisa. Tidak ada penyakit penyertanya. Kalau ada penyakit penyerta kita rujuk ke rumah sakit. Kalau masih bisa, kita rawat jalan di puskemas,” terangnya lagi.

Pantauan Radar Mandalika, salah seorang petugas gizi pada Puskemas Langko tengah meracik atau membuat makanan F-100 yang akan diberikan kepada anak yang mengalami gizi buruk dari Desa Selebung Rembiga. Komposisi F-100 ini yakni susu skim bubuk, gula halus dan minyak goreng.

Sampai berita ini diturunkan, Kepala Desa (Kades) Loang Maka, Masri Jono, belum bisa dimintai keterangan atau komentar terkait kasus gizi buruk di desanya. (zak)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 282

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *