PRAYA – Kekurangan selama event MotoGP Mandalika 2023 menjadi sorotan. Kekurangan yang ada itu diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pihak penyelenggara.

Diantaranya para guide lokal yang mengantar tamu hingga parkiran di dalam Sirkuit Mandalika mengeluhkan keberadaan fasilitas umum (Fasum) yang tidak memadai, terlebih dengan tarif parkir yang tidak murah. Serta pemberdayaan guide lokal yang tidak diakomodir secara maksimal hingga banyaknya agen travel tanpa melibatkan guide lokal.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Lombok Tengah (Loteng), Syamsul Bahri memberi catatan atas kekurangan event MotoGP 2023 di Sirkuit Mandalika. Diantaranya tidak adanya toilet di lokasi parkir deluxe class untuk driver maupun guide yang menunggu di mobil tamu. Bahkan ia menceritakan, para guide dan driver harus buang air kecil di selokan areal parkir tanpa air bilasan mengingat tidak adanya fasilitas air di lokasi tersebut.

Selanjutnya, bagi mobil tamu yang akan masuk ke areal parkir deluxe class diharuskan membeli stiker mobil deluxe class yang masuk melalui black gate, dan membayar parkir Rp 50 ribu per kendaraan roda empat. Demikian juga untuk bus yang membawa tamu, namun ia tidak tahu persis berapa tarif parkir yang dikenakan.

“Ini kan kita bawa tamu, parkir berbayar, ya minimal di areal parkir menunggu tamu ada toilet dan tempat ibadah, karena kami harus jalan kaki jauh ke luar sirkuit untuk beribadah,” sentilnya.

Kemudian soal roundown agenda Toure ke lokasi Desa Wisata yang ada di Lombok, juga tidak ada pada even MotoGP tahun ini. Sementara tahun lalu menjadi agenda wajib kemudian tamu luar mengunjungi desa wisata baik itu ke rumah tradisional adat Sade maupun desa tenun di Sukarara.

Ia juga menemukan beberapa bus yang datang dari luar NTB hingga bus perusahaan yang menggunakan guide orang luar (bule,red) dan tanpa pemberdayaan guide lokal yang menurutnya harus diberdayakan dan diakomodir pada even tersebut.

“Tahun lalu 52.000 penonton tapi semua guide berdaya yang lokal. Namun tahun 2023 ini penonton 103.000 penonton tapi banyak guide lokal yang nganggur,” ujarnya.

“Kami tidak butuh travel membawa tamu ke daerah kami tanpa pemberdayaan guide lokal, karena akan menghasilkan sampah. Maka, jangan jual pulau kami, kami mampu jual wisata kami dan akan mendatangkan income daerah kami,” tambahnya.(tim)

100% LikesVS
0% Dislikes
Post Views : 5742

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *