PRAYA – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lombok Tengah Selasa, (20/10) kemarin melakukan kunjungan ke kediaman Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam pertemuan tersebut, Bawaslu mengajak MUI untuk ikut serta memberikan imbauan kepada para tokoh alim ulama untuk dapat menahan diri agar dapat menjaga netralitas selama tahapan pemilu sedang berlangsung. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, Bawaslu sering menemukan pelanggaran di tahapan kampanye di lingkungan pendidikan, maupun tempat ibadah, tak sedikit keikut sertaan para tokoh agama yang jelas-jelas memberikan ruang kepada bakal calon untuk berkampanye menjadi salah satu perhatian Bawaslu.
Kordiv Hukum, Humas, Data dan Informasi Bawaslu Loteng, Baiq Husnawati mengatakan, saat ini pihaknya mencoba melakukan pencegahan terkait pelanggaran kampanye yang sering dilakukan oleh para peserta pemilu. Salah satu metodenya adalah, mengajak sejumlah elemen terkait seperti, MUI untuk ikut berperan memberikan imbauan kepada pihak pondok pesantren dan lingkungan ibadah, melalui tokoh alim ulama. Terlebih dalam waktu dekat, kegiatan maulid akan menjadi sarang pelanggaran jika tak diantisipasi sejak awal seperti yang dilakukan saat ini. “Memasuki bulan Maulid ini akan diprediksi banyak diadakan acara dan kemungkinan besar para calon akan diundang, beberapa waktu lalu juga kami telah memanggil pihak pondok pesantren, dari kasus dugaan pelanggaran paslon dengan nomor 3 dan 4 yang beberapa waktu lalu kedua pihak tersebut telah memenuhi panggilan dari Bawaslu,” terangnya, kemarin.
Bawaslu sendiri telah memberikan sosialisasi terhadap para LO, namun tetap masih ada saja calon yang melanggar. “Kemungkinan besar tim yang tidak menyampaikan kepada calon, atau memang calonnya saja yang masih tidak ingin mentaati aturan,” katanya.
Sementara, Ketua MUI Lombok Tengah, H Minggre mengatakan, terkait pelanggaran yang ada saat ini memang perlu ada ketegasan. Kalau memang ada yang melanggar dan tidak langsung ditindak secara tegas, maka kedepannya akan cenderung calon tersebut terus melanjutkan kesalahan mereka. “Jadi harus ada tindakan yang jelas. Kita analogikan jika anak-anak sedang bermain di masjid dan tidak ditegur saat orang sedang melakukan salat, maka mereka akan menganggap tindakan mereka benar dan terus melanjutkan permainan mereka,” katanya tegas.
“Namun, jika orang tua (Bawaslu, red) telah memberikan ketegasan terhadap anak-anak tersebut, maka Insyaallah mereka akan memahami dan tidak lagi melakukan pelanggaran,” sambungnya.
Pihaknya menerangkan, saat ini ini beberapa calon memang lebih dominan mendekat ke pondok pesantren dan tokoh, sebab ada massa di sana. Terlebih sebentar lagi bulan maulid akan menjadi momentum tepat untuk meraup perhatian masyarakat banyak. Maka dari itu, dirinya mengimbau kepada tokoh alim ulama, masyarakat dan khususnya para calon untuk tetep mengikuti regulasi yang ada.(buy)