Oleh: Abdus Syukur
Pemimpin Umum Radar Mandalika
Selama dua hari 25-26 September 2023, wartawan Radar Mandalika, Abdus Syukur, mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PWI di Bandung. Salah satu agenda menarik yang diikuti setelah dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Istana: Seminar Artificial Intelligence (AI). Berikut ulasannya.
SEIRING dengan perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI), tidak dapat dimungkiri AI membawa dampak besar dalam industri media dan perkembangan profesi wartawan. Meskipun ada kekhawatiran kehadiran AI dapat menggantikan peran wartawan manusia. Namun sebenarnya AI dapat menjadi mitra yang kuat dalam mendukung perkembangan profesi wartawan.
Agus Sudibyo, salah satu pemateri menjelaskan, AI dapat membantu wartawan dalam menyeleksi dan menyaring berita. Dengan kemampuan AI dalam membaca, menganalisis, dan memproses informasi yang luas dan cepat, wartawan dapat dengan mudah mengakses data yang relevan untuk memperoleh latar belakang informasi yang akurat. Dengan bantuan AI, wartawan dapat memusatkan perhatian mereka pada tugas-tugas editorial yang lebih kreatif dan kompleks.
Selain itu, anggota Dewan Pers itu menguraikan AI juga mampu menghasilkan konten secara otomatis berdasarkan data yang diberikan. Jika diterapkan dengan bijak, ini dapat membantu menyajikan informasi yang lebih cepat kepada pembaca. Namun, perlu diingat bahwa AI tidak dapat menggantikan keahlian dan perspektif yang dimiliki oleh seorang wartawan manusia. Keberadaan wartawan manusia tetap penting untuk menafsirkan data, melibatkan emosi, dan merangkai cerita yang memikat.
Tidak hanya itu, AI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menelusuri berita palsu (hoax) yang sangat merugikan profesi wartawan. Dengan algoritma yang cerdas, AI mampu menentukan validitas berita dan membedakan antara fakta dan opini. Hal ini memungkinkan wartawan untuk menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat.
Meskipun AI membawa potensi kolaborasi yang kuat dalam industri media lanjut Agus juga penting untuk mengenali tantangan yang mungkin dihadapi. Salah satunya adalah masalah etika terkait dengan penggunaan AI dalam penyuntingan berita. Pengawasan yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk menyampaikan narasi yang tidak objektif atau manipulatif kepada pembaca.
Kesimpulannya, era teknologi AI menjadi peluang bagi perkembangan profesi wartawan. Ketika digunakan dengan bijak, AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dalam penyaringan berita, menghasilkan konten yang lebih cepat, dan memerangi berita palsu. Namun, keterampilan manusia, seperti interpretasi data, emosi, dan kreativitas dalam menyampaikan cerita tetap menjadi faktor yang tak tergantikan dalam menghasilkan konten yang berkualitas dan relevan.
Sementara pemateri lain, Taufan Eko Nugroho Roto Rasiko lebih banyak mengupas tentang penggunaan AI dalam pengelolaan televisi. CEO TVOne itu mengakui kalau televisi yang dikelolanya juga telah menggunakan AI dalam beberapa pekerjaan pertelevisian bahkan mulai menggunakan “jasa” Reporter AI.
Secara umum, kehadiran AI menjadi lebih sebagai peluang daripada ancaman bagi wartawan. Meskipun ada kekhawatiran bahwa AI dapat menggantikan peran wartawan manusia, sebenarnya AI dapat berfungsi sebagai mitra yang kuat dalam mendukung perkembangan profesi wartawan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa AI dapat dianggap sebagai peluang bagi wartawan:
1. Membantu menyaring dan menganalisis informasi: Dalam era digital yang begitu cepat, jumlah informasi yang harus diproses wartawan sangat besar. Dengan kemampuan AI untuk membaca, menganalisis, dan memproses informasi yang luas dan cepat, wartawan dapat dengan mudah mengakses data yang relevan untuk memperoleh latar belakang informasi yang akurat.
2. Meningkatkan efisiensi: AI dapat digunakan untuk menghasilkan konten secara otomatis berdasarkan data yang diberikan. Hal ini dapat membantu mempercepat produksi berita dan memberikan informasi yang lebih cepat kepada pembaca. Wartawan dapat menggunakan waktu yang terjadi untuk fokus pada tugas editorial yang lebih kreatif dan kompleks.
3. Mendukung pemahaman berita: AI dapat membantu wartawan mengidentifikasi dan menelusuri berita palsu (hoax) yang dapat mengancam integritas profesi wartawan. Dengan algoritma yang cerdas, AI dapat membantu menentukan kebenaran berita, memisahkan fakta dari opini, dan menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat.
Namun, tetap perlu diingat bahwa AI tidak dapat menggantikan keahlian dan perspektif unik yang dimiliki oleh wartawan manusia. Keterampilan manusia, seperti interpretasi data, emosi, dan kreativitas dalam menyampaikan cerita, tetap menjadi faktor yang tak tergantikan dalam menghasilkan konten yang berkualitas dan relevan.
Sebagai wartawan, penting untuk berkembang seiring dengan perkembangan teknologi AI dan menggunakan AI sebagai alat yang mendukung pekerjaan jurnalisme, bukan sebagai pengganti.
Kombinasi antara kecerdasan buatan dan keahlian wartawan manusia dapat menghasilkan konten yang lebih bermanfaat, terpercaya, dan inovatif bagi pembaca. (*)