PRAYA—Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono bersama Menteri Kebudayaan RI sekaligus Ketua Umum DPN HKTI, Fadi Zon, Pemprov NTB, Pemkab Lombok Tengah serta stakeholder terkait melakukan tanam raya varietas padi Gamagora 7 di Desa Pengembur, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Senin (6/1). Dimana kegiatan ini merupakan agenda Kelompok Remaja Tani yang bersinergi dengan HKTI.

Ketua DPD HKTI Provinsi NTB, Wilgo Zainar dalam sambutannya mengungkapkan hari ini merupakan bukti nyata bahwa padi Gamagora yang dilakukan tanam raya ujicoba seluas 20 hektare lahan di beberapa tempat di Indonesia ini merupakan niat baik mewujudkan swasembada pangan nasional.

“Bukan hanya menanam padi, namun harapan yang lebih cerah menjadikan sektor pertanian sebagai tulang punggung negara untuk kedaulatan dan kemandirian pangan, dan semoga bisa bermanfaat bagi nusa dan bangsa,” singkatnya.

Selanjutnya, Bupati Loteng, Lalu Pathul Bahri mengungkapkan, pihaknya yang diiberikan penghargaan oleh presiden langsung sebagai kabupaten penyangga pangan nasional. Dimana, dengan luas lahan pertanian Loteng 50 ribu hektare dengan hasil lebih dari 400 ribu ton padi setiap tahunnya.

“Apalagi dengan padi jenis Gamagora ini yang hasilnya melimpah, maka untuk 100 tahun kedepan apabila terus mengembangkannya, maka insyallah Indonesia tidak akan kekurangan beras,” ungkapnya.

“Semoga acara ini bukan hanya serimonial namun dapat terus menerus dapat dilaksanakan dan berkelanjutan,” tambahnya.

Ke depan, dengan semua stekholder pihaknya bertekat memajukan pertanian. Sehingga dapat memakmurkan masyarakat, kemudian dengan dukungan semua pihak dalam melewati tantangan yang ada, dengan inovasi dan kreasi bersama demi kemakmuran bersama.

“Terima kasih kepada HKTI memberikan perhatian kepada kami di Loteng, dan siap mendukung kemandirian pangan program Presiden RI,” ungakpanya.

Wamentan RI, Sudaryono dalam sambutannya mengatakan, atensi Presiden Prabowo Subianto terhadap petani bukan sejak saat ini, namun sebelum menjadi presiden, sudah selalu menekankan soal ketahanan pangan sebagai perioritas utama. Hingga menjadi impian besarnya jika Indonesia pada posisi kemandirian pangan dan swasembada pangan.

“Maka penting hal ini ditangkap baik bagi daerah kabupaten dan provinsi. Bupati dan Gubernur maka gak boleh menurun hasil pangannya, dan harus naik,” tegasnya.

“NTB Harus nanem Gamagora semua, dan kita kasih bantuan. Selama kita masih sehat, pertanian kita siapkan bantuan bibit dan pupuk sudah ditambah, sesuai kebutuhan E-RDKK,” tambahnya.

Pupuk bagi petanin yang selalu menjadi persoalan, kali ini bukan berpatokan pada anggaran kebutuhan, namun berdasarkan volume kebutuhan pupuk.

“Kebutuhan tabun 2025 kita sudah serahkan daftar nama penerima pupuk subsidi. Dan sudah ada ready pupuk di semua pengecer,” ungkapnya.

Kemudian, saat ini sudah diputuskan oleh presiden terkait HPP gabah dan jagung dipastikan naik. Dimana, HPP gabah dari Rp 6.000 dinaikkan menjadi Rp 6.500 per kilogram. Selanjutnya HPP jagung dari Rp 5.000 naik menjadi Rp 5.500 per kilogram.

“Produksi pertanian ada empat persoalan yakni bibit, pupuk, irigasi, hasil panen raya dari petani harus bagus. Dan ini sudah clear. Dimana perbaikan irigasi pertanian provinsi untuk saluran besar, kemudian tersier urusan kabupaten, maka silahkan diusulkan lansung. Dan ada juga inisiatif pusat lansung yang memperbaiki,” bebernya.

Sementara, Ketua Umum DPN HKTI RI, Fadli Zon berharap tidak ada lagi persoalan pupuk, bibit dan kemudian modal. Dimana terkait penyiapan KUR kepada petani, soal irigasi juga langsung diinisiasi untuk dituntaskan. Kemudian birokrasi pemerintahan pusat hingga daerah. Hingga persoalan bibit, pupuk, alsinta dapat terselesaikan dengan baik.

Dikatakan bahwa sistem pertanian merupakan kebudayaan. Sistem Subak di Bali diakui UNESKO. Sebelum penanaman padi dan panen, ada ritual budaya dan doa, dimana dalam harapan dan doa merupakan persembahan kepada sang maha kuasa, kemudian pasca panen juga sebagai rasa syukur petani.

“Sehingga dalam asta cita pak Presiden Prabowo memang harmoni alam dan masyarakat, lingkungan alam dan budaya dalam capaian masyarakat adil dan makmur,” ucapnya.

“Maka kita sangat bersyukur dengan presiden yang peduli dengan petani. DPN HKTI sangat mendukung hal itu,” tambahnya.

Pangan lokal dapat dikembangkan menjadi budaya. Bukan hanya beras saja. Ada 500 desa budaya yang dimiliki. Antara tradisi masyarakat agraris tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat setempat.

“Bangsa yang berdaulat, maka kita harus memiliki kedaulatan pangan, dan swasembada pangan ini harus bekerja sama dan serentak,” jelasnya. (tim)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 423

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *