PRAYA – Pernikahan seorang pria bernama HM Hapipi (57) dengan Baiq Sri Ratna Wahyuningsih (42) di Lingkungan Kulakagik, Kelurahan Prapen, Kecamatan Praya, Loteng pada Rabu (18/1), kisahnya viral. Yang membuat pernikahannya jadi viral karena maharnya yang tak biasanya. Bukan berupa emas, tapi berupa kain kafan beserta uang tunai Rp 2.580.000.
HM Hapipi merupakan aparatur sipil negara (ASN) guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Praya. Sedangkan istrinya, Baiq Sri Ratna Wahyuningsih sebagai ASN di Kantor Urusan Agama (KUA) Praya.
HM Hapipi mengungkapkan, pada awalnya pihaknya sempat kaget dengan permintaan mahar dari sang istrinya tersebut. Ia pun berserta semua yang hadir di acara tersebut juga baru pertama kali bersama-sama mendengarkan ada wanita yang meminta maharnya kain kafan.
“Setelah kami dalami, saya pribadi tanya ternyata semata-mata kain kafan ini untuk menjadi pengingat akan kematian, terus bahkan istri saya ini sendiri nanti akan dia minta mahar ini ditaruh di tempat yang terus bisa dilihat sehingga setiap kali keluar dan masuk rumah dilihat akan kain kafan itu sekaligus pengingat akan kematian,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, tidak ada tujuan akhir dari hidup ini, selain daripada kematian. Dengan dasar itulah semata-mata untuk memperbaiki amal ibadah.
Dikarenakan wanita yang dinikahinya itu adalah janda, maka ia dapat menentukan sendiri langsung maharnya. Padahal, hal itu terus diminta oleh keluarga besarnya untuk merubah maharnya tersebut. Bahkan menjelang 3-2 hari akan digelar akad nikah, namun tetap ia tetap tidak mau menggantinya.
“Pada dasarnya supaya kami berdua dalam hidup ini, tidak terlalu banyak mengingat tentang duniawi ( harta, red) dan sebagainya, bahkan uang mahar ini saja pada dasar nggak ada, namun saya yang ngotot tambahkan supaya ada yang lain, itupun saya minta berkali-kali, itupun saya tentukan sendiri nominalnya,” ceritanya.
“Uang tambahan mahar ini sejumlah Rp 2.580.000 dimana merupakan tanggal, bulan dan tahun kelahirannya,” sambungnya.
Sementara, sang istri Baiq Sri Ratna Wahyuningsih menambahkan, kalau orang biasanya menggunakan seperangkat alat sholat maupun Alquran itu bisa saja lupa digunakan maupun lupa dibaca setiap hari. Tetapi, dengan mahar kain kafan ini sebagai pengingat akan kematian yang sudah pasti.
“Artinya saya harus persiapan diri untuk mati, maka daripada itu jadi saya butuh pengingat setiap hari yang bisa saya lihat ketika saya keluar rumah saya harus melihat kain kafan itu setiap pagi, misalnya saya keluar rumah ada kain kafan. Artinya nanti kalau saya di luar rumah saya sudah punya suami saya bisa ingat kematian itu sehingga tetap taat dalam koridor syariat Islam,” ucapnya.
Ia mengakui, bahwa sang suami sempat menawarkan mobil sebagai mahar, uang, dan lainnya dalam bentuk harta. Jadi, mahar dengan kafan dan tetap mengingat kematian ini menjadi kontrol diri untuk ke hadapan Allah SWT nanti. Dalam rangka mempertanggungjawabkan amalan dunia dan akhirat.
“Itu saja yang menjadi tujuannya,” jelasnya.
Pada bagian lain, ia membeberkan bahwa dirinya pada pernikahan sebelumnya telah dikaruniai tiga orang anak. Dan, suaminya saat inipun juga menduda dan memiliki anak empat. Maka kemudian, itulah sebabnya ia tidak ingin terlalu banyak memikirkan dunia.
“Suami saya ini, dulu beliau guru ngaji saya. Bahkan sering dipukul kalau nakal tidak solat,” ujarnya. (tim)