Irma Lestari, Pekerja Imigran Indonesia (PMI) asal Lombok yang menjadi salah satu korban gempa Turki. Kabar itu membuat Nahrowi sang ayah begitu mengalami kesedihan mendalam.
WINDY DHARMA – Lombok Barat
RAUT wajah Nahrowi tak bisa membohongi kesedihannya. Telepon dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Turki Sabtu malam (18/2) membuat hatinya sedih. Sang putri Irma Lestari sudah dipastikan menjadi salah satu korban gempa dahsyat Turki 6 Februari 2023 lalu yang meninggal dunia. Setelah 12 hari keluarga besarnya gelisah mencari kabar kondisi perempuan berusia 33 tahun itu tanpa kejelasan.
“Kepastian meninggalnya anak saya itu tadi malam, dikabari KBRI,” terang Nahrowi yang ditemui di kediamannya, Minggu (19/2).
Keberangkatan Irma 2021 lalu ternyata jalan putrinya menemui sang pencipta. Irma merantau ke Turki demi mencari nafkah membesarkan kedua buah hatinya. Pasca bercerai dengan suaminya di Bali. Ibu muda itu seorang diri berusaha menghidupi kedua buah hatinya.
“Katanya ke sana mau cari modal buat tinggal dan buka usaha di sini (Lombok) biar anaknya bisa sekolah hingga tinggi,” timpal Kakak Kandung, Kasdianto.
Firasat tak enak sudah dirasakan sang kakak sebelum terjadinya gempa dahsyat itu. Meski masih tetap saling menghubungi dengan sang adik. Karena sudah 10 tahun lebih tak berjumpa sejak sang adik ikut dengan sang ibu ke Bali pasca perceraian kedua orang tuanya.
Namun entah dari mana rasa gelisah menghampirinya. Bahkan ketika gempa terjadi, sosok sang adik muncul dalam mimpi.
“Saya langsung coba kontak ke temannya yang berangkat samaan dari Bali, di bilang jangan khawatir, tapi kabarnya ndak jelas. Karena lokasi adik saya itu ada di Al Barqy Turki di sana juga bagian yang terdampak gempa,” bebernya.
Hingga akhirnya kabar kepastian sang adik datang dari KBRI yang menerangkan jika Irma menjadi korban meninggal yang terakhir berhasil dievakuasi dari reruntuhan. Identifikasi Wanita kelahiran Januari 1990 itupun terbilang cepat. Karena saat ditemukan korban bersama dokumen pengenal seperti visa.
“Kabarnya hari ini jenazah akan diterbangkan dari Turki ke Jakarta baru diterbangkan lagi ke sini ke Lombok,” jelasnya.
Sepengetahuannya sang adik menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) Selama setahun lebih sebagai seorang terapis di salah satu perusahaan di Turki. Bahkan perusahaan itu hingga menyiapkan mes tempat tinggal. Dimana di mes itulah sang adik tertimbun reruntuhan akibat gempa berkekuatan 7,7 Magnitudo.
Meski jarang bertemu, ia mengenal sosok sang adik yang baik. Tetap memperdulikan keluarga besarnya di Lombok dan sangat menyayangi buah hatinya. Kini kedua anaknya tinggal bersama neneknya di Bali. Persiapan pemakaman Irma pun sudah dilakukan keluarganya di Lobar.
“Kita akan makamkan di pemakaman keluarga. Karena keluarga besarnya semua di Lombok,” terangnya.
Kini ia bersama keluarga besar hanya bisa mendoakan Irma. Berharap musibah itu menjadikan jalanya dalam husnul khotimah.(*)