MATARAM – Ketua SMSI NTB, HM Syukur, SH kembali tampil sebagai nara sumber (Narsum) Sorotan Redaksi. Salah satu program Redaksi TVRI NTB yang rutin ditayangkan tiap Minggu.
Program yang diproduseri Ikhsan SB itu, mengangkat topik topik hangat yang menjadi headline media massa, baik cetak, elektronik, radio maupun media online di Lombok dan Nusa Tenggara Barat umumnya.
Kalau sebelumnya, mengupas terkait isu penculikan anak yang sempat bikin heboh atau viral di NTB, pada penayangan Minggu (19/2) mengangkat topik penanganan bencana alam (banjir bandang) yang menyapu belasan desa di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan beberapa kabupaten lain di NTB.
Sebagaimana diketahui bencana banjir tidak hanya menerjang Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), juga kecamatan Sekotong dan daerah lain.
Khusus di KSB, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Sumbawa Barat, menyebutkan, setidaknya sebanyak 2.961 rumah terendam banjir. Banjir terjadi akibat luapan air sungai Brang Rea.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumbawa Barat, Abdul Hamid, melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Amrullah kepada media juga merincikan belasan desa yang terdampak banjir.
Bagaimana media memberitakan bencana, sisi apa saja yang menjadi konsen media serta bagaimana respons atau langkah pemerintah baik pra maupun pasca bencana? Menjadi bahan perbincangan hangat dalam sorotan Redaksi dengan presenter TVRI Nilam Junia itu.
Ketua SMSI membuka diskusi dengan menjelaskan peran dan fungsi pers sebagai pemberi informasi, hiburan, edukasi dan kontrol sosial. Ada sisi sisi humanis atau human interest yang disarankan menjadi angle pemberitaan. Kisah pilu korban bencana. Apa saja penyebab bencana dan langkah pemerintah menangani korban bencana.
“Dari semua sisi yang paling menarik dan menjadi sorotan utama adalah apa yang akan diupayakan pemerintah agar bencana tahunan itu, tidak terulang kembali,” katanya.
Tidak hanya itu, pers juga harus terus update, mengikuti perkembangan terutama terkait penanganan pasca banjir.
“Termasuk mengawal nasib para petani yang tanaman padinya (900 ha tanaman padi) tenggelam akibat banjir yang dijanjikan akan dapat asuransi,” pungkas ketua SMSI yang juga Pemimpin Umum Radar Mandalika dan Radarmandalika.id itu. (*)