PRAYA – Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto menekankan pentingnya mempertahankan kemandirian pangan di tingkat masyarakat skala nasional. Selain fokus terhadap pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pentingnya ketahanan pangan ini tentu saat ini harus didorong dengan skema baru melalui tanaman pangan berkelanjutan jangka panjang. Salah satunya seperti komoditi jagung.
“Jagung ini kita harus jaga sebagai satu komoditi ketahanan pangan, supaya tidak tergantung sama luar negeri, karena harganya bisa dinaikkan. Maka lebih baik kita produksi di dalam negeri,” terang Menhan RI, Prabowo Subianto saat agenda kunjungan kerja di Lombok, NTB, Rabu (15/2/2023).
Soal lokasi tanam jagung ini dikatakan ada banyak. Itu tersebar di beberapa titik. “Bayangkan jika kisaran 10, 20, 30 dan 40 hektare tersebar di seluruh Indonesia, maka kita bener-bener mandiri dalam ketahanan pangan,” katanya.
Asisten Khusus Ketahanan Pangan Kementerian Pertahanan RI, Ida Bagus Purwalaksana menambahkan, jagung yang ditanam saat ini ada dua jenis. Yakni Betrans maupun Bisi. Kalau kementerian ini menanam jenis BETRAS, sedangkan petani lokal masih BISI.
Yang mana, dikatakan hasilnya lebih banyak, tahan hama, buahnya padat, hanya 120 hari panen. Dan, hasil panen dengan kadar air sekitar 25 persen. Perlu dijemur untuk mengurangi kadar airnya hingga ke 15 persen. “Dan ini pasti lebih unggul,” katanya.
Dia menerangkan, Provinsi NTB merupakan daerah penghasil jagung terbanyak. Kenapa tidak padi?. “Karena irigasi ini biaya pembuatannya mahal, dan banyak air dan pastinya boros air. Di lokasi ini juga tidak banyak air hanya saat musim hujan saja. Sebenarnya Sumbawa dan Lombok ini memang bagus jagung,” jelasnya.
Di NTB dan di daerah lain di Indonesia dikatakan banyak penanam jagung. Kebutuhannya jagung juga banyak untuk konsumtif. Tidak saja dikonsumsi manusia, juga ternak seperti ayam. “Bukan hanya di Jawa yang banyak. Di Lombok harus diproduktifkan, dan semoga dapat membuat pabrik ke depan,” cetusnya.
Sementara Direktur PT Esa, Fernando memaparkan alasan memilih jagung karena komoditi unggulan yang tahan tanpa air. Terkait pemasaran, merata hampir sama di semua kota di Indonesia. Ke depan koordinasi kementerian lebih ditingkatkan.
“100 hektare lebih di Loteng, di Selong Belanak ini kita kerjasama dengan Kemenhan (Kementerian Pertahanan) dalam menanam jagung. Kemudian pelibatan masyarakat, ada yang dikelola oleh masyarakat. Kita tidak bisa dilaksanakan langsung oleh Kemenhan sendiri
hanya bibit dan cara tanam akan diarahkan Kemenhan,” jelasnya.
Ke depan diharapkan dapat lebih besar lagi, lebih maju dan keuntungan bagi masyarakat di Lombok. Sementara terkait rencana pabrik pengolahan, belum ada sampai saat ini. Namun, ke depan tidak menutup kemungkinan. (tim)