DIKI WAHYUDI/RADAR MANDALIKA KEBANGGAN: Munakip atlet PON tahun 2016 yang pernah meraih emas.

Untuk Bertahan Hidup Mau jadi TKI ke Saudi

Siapa bilang masa depan atlet asal NTB cerah. Sekelas Munakip, atlet yang meraih medali emas pada ajang pekan olahraga nasional (PON) tahun 2016 saja, mulai putus asa. Bahkan pilihan terburuknya, dia pernah ingin terbang ke Saudi Arabia menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).

DIKI WAHYUDI-LOMBOK TENGAH

HIDUP dari keluarga yang serba pas-pasan. Ayah seorang kusir cidomo di Praya, sementara ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT). Munakip, 35 tahun atlet boxer berhasil mengangkat nama keluarganya dan diketahui banyak orang.

Munakip jadi buah bibir masyarakat NTB saat dia berhasil membawa pulang medali emas di PON Jawa Barat tahun 2016. Namun itu tidak lama, perlahan nama Munakip atlet NTB ini mulai redup bahkan nyaris tidak pernah disebut-sebut lagi.

Pada momen kemenangan di PON, Munakip tak henti disorot media. Nyaris setiap hari ada berita muncul tentang dirinya. Sampai-sampai Gubernur NTB TGB saat itu menjanjikan bonus masa depan untuk dia. Munakip dijanjikan akan diangkat menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS). Nyatanya itu hanya mimpi. Munakip pun mulai putus asa.

“Saya pernah sekitar tahun 2017-2018 mau ke Saudi, cuma orangtua tidak dukung. Karena saya tidak tau mau bertahan hidup dengan cara apa,” ungkapnya kepada Radar Mandalika, Minggu kemarin.

Pria kelahiran 16 Januari 1986 ini mengaku, janji yang pernah disampaikan pemerintah NTB kepada dirinya dianggap hanya angin lalu. Kendati demikian, ia tetap bertahan. Bahkan untuk bertahan hidup, tahun 2020 Munakip memutuskan masuk sebagai honorer di kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Lombok Tengah. Kendati honor per bulan hanya Rp 400 ribu, istri dengan pandai mampu mengatur keuangan.

“Kalau dibilang cukup itu tidak mungkin. Tidak cukup untuk beli pampers anak, ya tapi kami akan tetap syukuri,” tutur pria asal Kampung Tiwulekong, Kelurahan Prapen, Kecamatan Praya itu.

Selain disibukan sebagai honorer. Munakip juga tetap menjadi pelatih ilmu bela diri boxer. Ada sekitar 45 murid dia latih di halaman MI depan rumahnya. “Di sini sudah latihannya,” katanya sembari menunjukkan lokasi kepada media.

Namun yang paling dia syukuri, dirinya berhasil mendaftarkan haji kedua orangtua dari uang bonus yang dirinya terima dari Pemprov NTB Rp 150 juta dan Pemkab Lombok Tengah Rp 50 juta.”Jadi cerita saya bisa daftarkan orangtua haji selalu saya ceritakan kepada murid. Iya, biar mereka termotivasi saja,” bebernya.

Sementara itu, bicara prestasi di dunia boxer begitu banyak dia miliki. Mulai tahun 2007 dirinya mengikuti Kejurda di Mataram meraih juara III. Tahun 2008 pada event Kejurda juara I. Tahun 2010 Porprov di Mataram juara I. 2011 pra Propon juara II. Kejurnas tahun 2013 di Bandung juara I.

“Mulai dari sini pak Wagub NTB saat itu Pak Amin mulai janjikan saya jadi PNS. Tahun 2014 event Asia Tenggara di Bali juara I lagi, dan terakhir PON di Jabar dapat emas. Kalau sekarang saya sudah gantung baju,” tutur pria alumni fakultas Fok IKIP Mataram ini.

Munakip juga menceritakan alasan masuk ilmu bela diri boxer. Saat masih duduk di bangku MTs, ia sudah mulai mengikuti jejak sang ayah menjadi kusir cidomo. Pulang sekolah bahkan saat libur ia ngusir di sekitar Praya.

“Jadi di pasar kita sering adu mulut karena rebutan penumpang. Dari situ saya mulai berpikir untuk jaga diri harus memiliki ilmu bela diri dengan masuk boxer,” ceritanya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 297

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *