UNIK: Beginilah sejumlah pengunjung yang berfoto di masjid Ridwan dengan gaya arsitektur Tioghoa yang berada di Desa Pakuan Kecamatan Narmada.(WINDY DHARMA/RADAR MANDALIKA)

Arsitektur Ala Kelenteng, Dibangun Mualaf Keturunan Tionghoa

Lombok Barat memiliki satu masjid unik yang bergaya arsitektur China atau Tionghoa yang berada di Desa Pakuan, Kecamatan Narmada. Bagaimana keunikan bangunan masjid ini, berikut liputannya.

 

WINDY DHARMA-LOMBOK BARAT

 

BEBERAPA daerah di Indonesia mungkin memiliki masjid yang arsitekturnya bergaya China (Tionghoa) dan Lombok Barat (Lobar) salah satunya. Berada di salah satu bukit Dusun Jurang Malang, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, masjid yang sudah berdiri bertahun-tahun lamanya itu begitu kental dengan arsitektur gaya khas Tionghoa. Ciri khas Wihara atau Kelenteng terlihat dari bangunan yang terletak di perbukitan tengah perkampungan warga mayoritas beragama Islam. Terlebih dengan puluhan anak tangga yang harus dilalui untuk sampai di bangunan itu. Warna merah dan ornamen warna emas menambah kesan khas bangunan Kelenteng.

Dibalik keunikan itu terdapat sepenggal cerita dari hamba Allah yang membangunnya. Dibangun 2010 lalu, masjid itu merupakan bentuk kecintaan seorang etnis Tionghoa yang memilih memeluk agama Islam (mualaf).

Dituturkan oleh penjaga masjid itu, Satral, kisah bermula ditahun 1989. Seorang warga Tionghoa bernama Ang Thian bermimpi didatangi sejumlah Kiyai di kediamannya di Selagalas Mataram. Mimpi itu ternyata berlanjut kepada sang istri dan merubah kehidupan pasangan itu dan memeluk agama Islam.

“Dari mimpi itulah Ang Thian Kok (65) berpikir mimpinya itu sebuah hidayah untuk dia dan istrinya bernama Tee Mai Fung, akhirnya hijrah ke Islam pada tanggal 16 Mei 1989,” ia menceritakan.

Menanggalkan nama Cinanya, Ang mengganti namanya menjadi Muhammad Maliki dan istrinya Siti Maryam. Kedua pasangan ini sangat taat beribadah bahkan membuka pengajian rutin di kediamannya, hingga menunaikan ibadah haji di tahun 1990 dan 1993. Kedua pasangan ini pun ternyata berniat menyebarkan syariat Islam dengan cara mereka.

Salah satunya dengan membangun tiga masjid bergaya arsitektur Tionghoa. Dimana salah satunya terletak di Desa Pakuan Narmada dengan nama Masjid Ar-Ridwan. Sedangkan yang lainya berada di Sangiang Desa Langko, Kecamatan Lingsar dan Musala Abu Bakar Shiddiq dan Musala Athaaillah yang berada di dekat kediaman pasangan ini di Selagalas Kota Mataram.

“Khususnya Masjid Ar-Ridwan, ide pembuatannya berawal dari sebuah majalah yang diterbitkan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) tahun 2009, langsung saat itu dibuatkan oleh kawan Chinanya yang berasal dari Surabaya. Akhirnya mulai dibangun,” sambungnya.

Nama Ridwan pada Masjid itu ternyata memiliki kisah tersendiri. Ternyata nama itu juga berasal dari sebuah mimpi yang dialami oleh H Maliki. Dimana dalam mimpinya ia mengikuti lomba ambil kelapa dan berhasil keluar sebagai pemenang.

“Nah pas dia pecahin kelapa itu ada tulisan Ridwan di dalamnya, makanya namanya Ridwan,” pungkasnya.

Kini masjid itu menjadi salah satu destinasi wisata religi yang cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tak sedikit wisatawan yang menyempatkan beribadah menunaikan ibadah salat wajib di Masjid itu. Bahkan berfoto di masjid itu.(bersambung)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 599

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *