PRAYA – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lombok Tengah akan terlibat mengatasi kasus stunting pada desa zona merah di Gumi Tastura.
Sementara, bakti sosial IDI dalam rangka Hari Kesehatan Nasional dan Hari Ulang Tahun (HUT) IDI ke-72 dengan tema ” Fight againts Stunting” di Desa Tanak Beak Kecamatan Batukliang Utara (BKU) 20 November 2022.
Ketua IDI Lombok Tengah, dokter Mamang Bagiansah mengatakan pihaknya sangat bersyukur bahwa IDI dapat hadir di tengah masyarakat, apalagi kegiatan yang digelar di Dusun Mandok, Desa Tanak Beak. Mengingat desa ini merupakan desa dengan kasus stunting tertinggi.
Mamang menjelaskan, stunting ini merupakan kondisi gagal tumbuh anak di bawah 5 tahun yang tidak sesuai umur, tinggi badan dan berat badan. Dimana ini menjadi perhatian nasional.
“Tertinggi skala nasional stunting ini di NTB, kabupaten tertinggi yakni di Loteng, termasuk di Desa Tanak Beak,’’ bebernya.
Dijelaskannya, secara absolut, balita berkategori stunting, yakni memang tidak sertamerta tidak begitu terlihat pendek. Namun saat ngukur tinggi dan berat badan yang tidak sesuai, maka ini masuk dalam kategori stunting. Dimana kemudian hal ini akan berpengaruh jangka panjang dan pendek bagi anak.
“Inilah alasan kami IDI Loteng hadir sebagai bentuk kehadiran pemerintah daerah baik Dinas Kesehatan. Kegiatan ini bukan hanya saat sekarang ini saja, namun jangka panjang akan terus menerus,’’ tegasnya.
IDI berkomitmen akan mengawal dalam rangka mengentaskan stunting ini baik dari masa ibu hamil, bayi dan seterusnya akan terus menekan angka stunting ini dan mencarikan solusinya. Kendati demikian, faktor yang juga penting yakni tingginya angka pernikahan dini (pernikahan usia anak, red), dimana kemudian selanjutnya jarak antara anak yang terlalu dekat dengan anak berikutnya yang menjadi penting diperhatikan.
“Bukan karena anak sering sakit menjadi gagal tumbuh,’’ sebutnya.
Di tempat yang sama, Camat Batukliang Utara, M. Syukri mengungkapkan pihaknya atas nama pemerintah kecamatan mendoakan semoga Allah membalas kebaikan para dokter yang tergabung dalam IDI. Apalagi telah memilih Dusun Mandok, Desa Tanak Beak untuk perhatian soal stunting.
Camat bilahari sudah merpatkan soal RPJMD Desa Tanak Beak, maka pihaknya bersama Pemdes komitmen harus lawan stunting ini, bukan hanya di satu dusun ini, namun di Desa Tanak Beak. Maka, desa dalam memgambilkan kebijakan dalam meretas stunting.
“Kesiapan ini dalam rangka betul-betul melawan stunting,’’ katanya.
Dalam hal ini dia berpesan, bahwa ketika seseorang berbuat baik, maka itu bukan untuk orang lain, namun itu untuk diri anda sendiri. Begitu juga dengan melakukan kejahatan juga demikian. Begitu juga halnya IDI sebagai insan yang selalu berbuat kebaikan kepada masyarakat.
“Padahal secara prestasi di Tahfiz wanita dalam STQ juara 3 se-Loteng berasal dari Desa Tanak Beak, dan juara 1 tafsir tingkat Loteng berasal dari Desa Tanak Beak juga. Maka tidak cocok kita stunting,’’ katanya.
Ditambahkan, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Loteng, dokter Nasrullah, soal stunting ini semua OPD di Loteng dari hulu sampai hilir menjadi momok. Secara target tahun 2024 skala nasional, stunting ini angka 14 persen.
Namun, dalam menaikan panjang badan diatas usia dia tahun menjadi masalah. Hal ini menjadi catatan besar yakni dalam kualitas taraf hidup dan gizi yang harus diperbaiki.
‘’Kita per Agustus di angka 20,71 persen yakni sekitar 18.800 balita stunting di Loteng, di Tanak Beak ini merupakan salah satu dari 3 PKM zona merah, yakni 75 persen bayi di Tanak Beak sejumlah 1.760 anak dan 586 terdiagnosa stunting, baru kemudian urutan kedua yakni Desa Muncan sejumlah 31 persen dan diurutan ketiga Desa Mangkung sejumlah 30 persen,” bebernya.
“Atas nama Dinas Kesehatan banyak terimakasih kepada IDI yang ikut andil sebagai bapak asuh Desa Stunting,’’ ucapnya.(tim/adv)