JAKARTA– PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dianggap terlalu mengabaikan masyarakat lokal dalam pengadaan barang dan jasa. Aktivis senior nasional dan mantan anggota DPR RI, Hatta Taliwang, menyatakan keheranannya karena pengadaan pasir yang sejak 2005 dikerjakan oleh PT BPM, perusahaan dari Bali.
“Apa tidak ada perusahaan lokal yang mampu suplai pasir ke AMNT?” tanya Hatta melalui telepon, Kamis (18/7/2024).
Hatta mempertanyakan komitmen kepedulian AMNT sebagai perusahaan tambang emas terbesar kedua di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Ia juga menerima keluhan bahwa suplai ikan dan produk lainnya tidak memberi akses kepada perusahaan lokal. “Terus, ikan, sayur mayur, dan lainnya ambil dari mana?” tambahnya.
Hatta mencurigai adanya praktik tidak fair dalam manajemen pengadaan barang dan jasa di perusahaan tersebut. Ia menilai kebijakan lokal content dari pemilik dan pucuk pimpinan perusahaan mungkin saja baik, tetapi implementasinya di level bawah yang bermasalah.
“Bisa jadi ada mafia pengadaan barang dan jasa di dalam yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri,” ujarnya. Hal ini, menurut Hatta, dapat menimbulkan gejolak dan ketidakpercayaan masyarakat.
Hatta menyarankan agar perusahaan berkolaborasi dengan perusahaan lokal dan bank setempat untuk mengatasi masalah modal. Dengan adanya kerjasama dan kepastian pembayaran, bank tentu dengan suka hati akan membantu pembiayaan.
“Kepala daerah dan jajarannya seharusnya bisa memfasilitasi agar dampak ekonomi dari belanja operasional sehari-hari perusahaan dapat berimbas positif pada ekonomi lokal. Nyatanya tidak. Padahal belanja operasional sekelas AMNT pasti besar,” tutup Hatta.
Sementara itu, pihak Humas PT AMNT yang dimintai konfirmasi tidak memberikan tanggapan. Begitu juga GM PT AMNT, yang juga dihubungi radarmandalika.id via WA Kamis (18/07) pukul 20.14 Wita, tidak merespons. (red)