PRAYA – Harga daging sapi di pasar tradisional di Lombok Tengah (Loteng) sampai saat ini masih normal. Meskipun penyakit mulut dan kuku (PMK) sudah menyerang ratusan ekor sapi milik peternak di wilayah Gumi Tatas Tuhu Trasna. “Harga daging sapi tetap (normal) Rp 120 per kilogram (kg). Harga bumbu juga menjelang musim haji belum ada perubahan karena belum musim roah. Mungkin dua minggu ke depan bisa jadi (harganya naik),” kata Kepala Bidang (Kabid) pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Loteng, RR Sri Mulyaningsih pada Radar Mandalika, pekan kemarin.
Di sisi lain, dia mengungkapkan banyak masyarakat yang sudah beralih atau mengurangi untuk mengkonsumsi daging. Ini setelah merebaknya wabah PMK pada ternak sapi di Loteng. “Tapi banyak juga yang tidak takut untuk membeli daging,” kata perempuan berjilbab itu.
Dia mengemukakan, pihaknya terus memantau perkembangan harga daging di pasaran. Meskipun wabah PMK merebak namun harga untuk daging baik sapi, ayam, kambing dan lain sebagainya itu masih normal. “Ada (pedagang daging) yang dari Mantang mengatakan bahwa omzetnya tetap aja. Ada juga yang bilang aman,” ujarnya.
Berbeda halnya pada tahun-tahun dulu ketika wabah kasus SARS (severe acute respiratory syndrome) yang menyerang hewan ternak sapi. Dimana, harga daging waktu itu mengalami penurunan. “Banyak masyarakat yang ndak terlalu berani misalnya kayak penyakit sapi dulu, SARS. Harga turun,” bebernya.
Pihaknya juga mengemukakan, sejauh ini harga daging belum pernah turun sampai di bawah Rp 100 per kilogram. Palingan kata dia, harganya turun jadi Rp 110 per kilogram. Itu artinya, penurunan harga daging sapi tidak terlalu anjlok. “Ketersediaan daging di pasar juga tetap baik. Makanya kita memastikan tidak berdampak adanya PKM ini, apalagi jagal juga tentu sudah cerdas memilih mana hewan yang akan dipotong dan tidak,” terangnya.
Dia mengatakan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait yakni Dinas Pertanian Loteng harusnya lebih aktif untuk memberikan sosialisasi kepada para pedagang maupun masyarakat umum terkait dengan virus PMK pada hewan ternak ini. “Keinginan saya sebenarnya adalah ada sosialisasi bagi pedagang dan masyarakat. Kan rata-rata mereka penendak, maksudnya mereka mengambil di jagal. Itu perlu diberikan sosialisasi,” harapnya.
“Dia harus saksikan apakah sapi masih sehat tegak berdiri waktu disembelih atau tidak. Jangan akhirnya dia menjual daging sapi yang sudah (terjangkit PMK). Sementara di beberapa tempat kan sudah banyak bergelimpangan sapi-sapi ini,” tambahnya.
Disamping itu, pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan dinas terkait. Agar merebaknya kasus PMK ini tidak berdampak terhadap harga daging di pasaran. Begitu pula dengan ketersediaan stok daging sapi. Terlebih ke depan akan ada Idul Adha yang tentunya akan membutuhkan banyak daging. “Yang jelas sampai dengan saat ini, harga daging masih normal. Tapi kita terus memantau perkembangan termasuk harga bahan kebutuhan pokok (Bapok) lainnya,” terangnya. (zak)