JAKARTA-- Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) yang juga Wartawan Senior Aat Surya Safaat mengapresiasi Maemunah Center (Mae-C), sayap perempuan dari Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) yang menggagas pembangunan “Rumah Sakit Ibu dan Anak Indonesia” di Jalur Gaza Palestina.
“Gagasan Mae-C ini sungguh mulia, terlebih kebanyakan korban kekejian tentara Zionis Yahudi di Gaza adalah perempuan dan anak-anak, sebagaimana dapat disaksikan masyarakat internasional secara kasat mata, baik melaui media online maupun media sosial belakangan ini,” kata Aat kepada wartawan di Jakarta, Senin (4/12/2023).
Wartawan Senior yang pernah menjadi Kepala Biro Kantor Berita Antara di New York AS selama lima tahun (1993-1998) itu mengemukakan keterangan tersebut sehari setelah penutupan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2023 pada 3 Desember 2023.
Kegiatan BSP 2023 itu sendiri ditutup secara simbolis melalui penyampaian tausyiah Pembina Utama AWG Imaam Yakhsyallah Mansur dengan judul “Kedamaian Dunia Segera Terwujud” dan dibacakan Presidium AWG Rustam Effendy yang mewakili Imaam Yakhsyallah karena berhalangan hadir.
Tokoh yang hadir pada Penutupan BSP 2023 di antaranya Penasehat Dubes Palestina untuk Indonesia Dr. Muammar Melhem, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI Bunyan Saptomo, Anggota Presidium MER-C Indonesia yang juga Kepala Tim Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Ir. Farid Thalib, dan Pemred Kantor Berita MINA Ismet Rauf.
Kegiatan BSP 2023 yang berlangsung sejak awal hingga akhir November 2023 itu antara lain berupa Festival Aqsa, Daurah Al-Quds, pameran foto, Gowes Cinta Al-Aqsa, bakti sosial dan saresehan serta pengibaran bendera Indonesia dan Palestina di puncak gunung.
BSP 2023 mengusung tema “Bergerak berjamaah tolak pembagian masjid Al-Aqsa”. Tema tersebut diangkat mengingat isu pembagian Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu isu utama untuk merespons RUU Israel yang akan membagi Masjid Al-Aqsa antara Muslim dan Yahudi.
Acara penutupan BSP juga dirangkaikan dengan Soft Launching Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Indonesia di Gaza sebagai sebuah rumah sakit yang akan fokus melayani kalangan ibu dan anak-anak yang selama berpuluh tahun menjadi korban perang dan genosida yang dilakukan Zionis Israel.
“Sebuah gagasan yang akan diperjuangkan menjadi kenyataan ini berawal dari keresahan terhadap banyaknya korban anak-anak dan perempuan Palestina menyusul adanya peristiwa 'Badai Al-Aqsa' pada 7 Oktober 2023 dan agresi Zionis di Gaza hingga saat ini,” kata Ketua Maemunah Center (Mae-C), Onny Firyanti Hamidy.
Disebutkan, dana yang diperlukan untuk membangun rumah sakit tersebut sebanyak Rp. 80 miliar, dengan rincian Rp. 40 miliar untuk biaya arsitektur dan struktur, dan Rp. 40 miliar lainnya untuk biaya peralatan medis.
Kesemuanya diluar harga tanah, dan pengadaan lahan (biasanya berupa tanah wakaf) untuk pembangunan rumah sakit tersebut akan dibicarakan segera dengan Menteri Kesehatan Palestina dan pihak-pihak terkait lainnya.
Terkait rencana pembangunan rumah sakit tersebut, Penasehat FAI lebih lanjut mengajak umat Islam Indonesia untuk memberikan dukungan, terutama dukungan donasi sebagaimana telah diberikan sebelumnya terhadap pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang belakangan dibombardir tentara Zionis Yahudi.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza itu sendiri berlokasi di atas bukit dekat Jabaliya, kamp pengungsi terbesar di wilayah itu. Rumah sakit tersebut dibangun dari sumbangsih rakyat Indonesia melalui MER-C Indonesia dan para relawan Pondok Pesantren Al-Fatah seluruh Indonesia. Rumah sakit itu diresmikan Wapres Jusuf Kalla pada 9 Januari 2016.
Terkait rencana pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Indonesia di Gaza, Wartawan Senior Aat Surya Safaat menyatakan bahwa dengan menggagas pembangunan rumah sakit tersebut berarti Mae-C sebagai sayap perempuan dari Aqsa Working Group (AWG) secara jelas menjalankan peran “Second track diplomacy”.
Second track diplomacy adalah diplomasi antar rakyat, dalam hal ini antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina, dan berperan mendukung “First track diplomacy” yang dilakukan antar pemerintah.
Adapun AWG adalah lembaga kemanusiaan yang berkonsentrasi pada upaya bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina. Saat ini Ketua Presidium AWG dijabat oleh Ustadz Nur Ikhwan Abadi.
AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara Jakarta pada 20 Sya’ban 1429 H/21 Agustus 2008.(red)
Post Views : 238