LOTIM – Nelayan Labuhan Haji Lombok Timur (Lotim) ikut terkena imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar dan Pertalite. Sejak naiknya harga BBM, nelayan Labuhan Haji Lotim semakin pusing lantaran biaya melaut makin membengkak. Hingga membuat mereka enggan turun melaut.
Ratusan perahu nelayan terpaksa harus parkir di pesisir pantai. Bahkan beberapa hari terakhir sejak naiknya harga BBM subsidi, perahu-perahu itu tidak diturunkan pemiliknya untuk pergi mencari nafkah.
Muhammad Zainuddin, salah satu nelayan Labuhan Haji Lotim mengaku tak pernah turun menangkap ikan, sejak pemerintah menaikkan harga BBM. Alasannya, harga BBM saat ini terlampau mahal. Apalagi, ia sekali turun melaut menghabiskan hingga 10 liter BBM jenis Pertalite.
Zainuddin rela membeli Pertalite dengan harga lebih mahal di pengecer, karena bisa berhutang. Sementara untuk membeli di SPBU nelayan, tentu harus dengan uang tunai. Tidak adanya modal tersebut, menyebabkan kehidupan nelayan semakin sulit dan terpuruk. Sementara harga bahan pokok terus naik. “Untuk melaut, kami beli Pertalite di pengecer. Jika sebelumnya 10 liter harga Rp 100 ribu, sekarang per 10 liter harus bayar Rp 120 ribu,” tandasnya.
Tingginya biaya dibutuhkan sekali turun melaut, tidak sebanding dengan harga ikan di pasaran. Rendahnya harga ikan, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, masih tipis perbedaannya. Tak jarang modal tidak bisa kembali.
“Untuk modal kami melaut, terkadang kami berhutang (ijon, red),” ucapnya.
Zainuddin hanya bisa berharap nelayan mendapat keadilan atas kebijakan pemerintah yang dinilai memberatkan nelayan kecil ini. “Kami harap pemerintah mencabut kebijakan kenaikan harga BBM ini, sehingga bisa normal seperti sebelumnya,” harapnya. (fa’i/r3ppk