LOBAR—Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Lombok Barat (Lobar) yang bekerja di Malaysia menjadi korban penganiayaan sekelompok orang. Pria bernama Leman asal Desa Eyat Mayang itu mengami luka bacokan hingga dilarikan ke salah satu rumah sakit di Negeri Jiran. Untuk pemulanggan, keluarga korban meminta bantuan Komisi IV DPRD Lobar untuk memfasilitasi bantuan kepada pemerintah daerah (Pemda) Lobar.
“Bapak saya menjadi korban percobaan pembunuhan, kondisinya sempat koma tapi alhamdulillah sudah mulai membaik,” terang Anak Korban, Tantowi Johari yang ditemui di DPRD Lobar, Rabu (15/1).
Keluarga korban mengharapkan pemerintah bisa membantu pemulangan pria berusia 41 tahun itu kembali ke Lombok. Sebab selain besarnya biaya pemulangan, keluarga korban harus membayar biaya perawatan rumah sakit mencapai 13 ribu ringgit atau setara Rp 46 juta lebih. Terlebih lagi diketahui PMI itu berangkat bukan melalui jalur legal.
“Kita sudah video call dengan bapak saya di malaysia. Tetapi dia (rumah sakit) minta tebusan Rp 13 ribu ringgit,” bebernya.
Meski diakuinya sempat ada usaha keluarga mengirim biaya sekitar Rp 3 ribu ringgit untuk menalangi pembayaran pengobatan setelah dihubungi PMI asal Lombok yang mengaku akan membantu. Namun ternyata tetap tidak bisa mengeluarkan dari rumah sakit. Justru uang itu dianggap sebagai jaminan.
“Katanya dokter (di RS) tidak bisa mengeluarkan,” ucapnya.
Korban mengalami luka bacokan senjata tajam jenis sabit pada dada bagian kiri. Nyaris mengenai jantung korban. Hingga kini keluarga korban mengaku belum mengetahui pasti penyebab mengapa Leman menjadi korban pembacokan. Hanya saja saat kejadian 6 januari lalu, korban bersama PMI lain yang berada di asrama perkebunan kelapa sawit menerima informasi adanya razia dari kepolisian Malaysia.
“Sekitar pukul 3 dini hari semuanya disuruh lari sama teman-temannya, tapi ayah saya tidak mau karena merasa belum pasti datang polisi. Setalah itu balik semuanya untuk nyari ayah saya, nah saat itu langsung di tebas, dihantam (dipukul) sesama temannya,” bebernya.
Belakang diketahui penganiayaan itu dilakukan sesama PMI asal Lombok. Terdapat sekitar 7 orang yang melakukan aksi penganiayaan terhadap korban. Sekitar 6 orang pelaku sudah ditangkap, sedangkan 1 orang pelaku masih melarikan diri. Kabar terjadinya penganiayaan itu baru diketahui keluarga dari bos ayahnya setelah tiga hari kejadian.
“Itu baru dikasih tahu sama bosnya, itupun syukurnya karena ada teman ayah saya yang mengshare di Facebook, makanya bosnya baru mau mengabari,” ungkapnya.
Keluarga korban sudah melaporkan kondisi Leman kepada Balai Pelayanan Perlindungan PMI (BP3MI) yang ada di Mataram. Berharap adanya bantuan untuk bisa memulangkan korban yang sedang sakit kembali ke Lombok. Pihaknya juga berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah untuk membantu pemulangan warganya tersebut.
“Harapan kami supaya beliau sehat, kami berharap bantuan dari pemerintah untuk biayai dan bisa dipulangkan,” harapnya.
Sementara itu, Anggota komisi IV DPRD Lobar Muhammad Munib yang menerima laporan keluarga korban langsung berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Lobar. Pihaknya mengharapkan Pemda Lobar membantu memulangkan salah seorang warga Lobar itu walaupun yang bersangkutaan berstatus PMI non prosedural.
“Haknya sebagai WNI harus tetap dijamin oleh pemerintah. Pemerintah harus menjamin keselamatan dan hak azasi WNI nya di luar negeri,” tegas Politisi PPP itu.
Terpisah, Plt Kadisnaker Lobar Baiq Fuji Qadarni mengaku sudah anak dari PMI yang menjadi korban dugaan penganiayaan itu di kantornya. Pihaknya segera mengkoordinasikan dengan lembaga berwenang untuk pemulanganya.
“Segera kita teruskan laporan dari warga ini ke pihak berwenang, seperti BP3MI dan Disnaker NTB,”singkatnya. (win)