MATARAM-Aksi unjuk rasa dilakukan mahasiswa yang tergabung pada pengurus Badkoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di depan kantor Gubernur NTB, kemarin. Akan dilakukan buntut dari dugaan asusila dan pornografi yang diduga terjadi di lokasi hiburan malam di Senggingi, Lombok Barat.
Aksi dilakukan mahasiswa ini berakhir ricuh. Kericuhan itu dipicu karena massa aksi tidak kunjung ditemui gubernur, massa langsung melakukan pemblokiran jalan di depan kantor gubernur dilanjut pembakaran ban bekas. Kondisi ini sontak membuat aparat keamaan, Polisi dan Satpol PP langsung berupaya memadamkan api. Kericuhan pun terjadi.
Adapun tuntutan massa aksi, meminta Gubernur Zulkiflimansyah melakukan kordinasi dengan Bupati Lombok Barat agar menutup izin hiburan malam itu.
“Kami mendesak agar Gubernur Nusa Tenggara Barat istiqomah dalam menjalankan dan menegakan Perda wisata halal, dan kami meminta agar Polda NTB memasang garis Polisi di kafe tersebut,” pinta Rizal Muklis selaku Ketua Badkoh HMI.
Sementara, Subdit IV Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda NTB, AKBP Ni Made Pujawati mengatakan, dalam menangani perkara itu, sejauh ini berdasarkan fakta-fakta hukum, sudah sampai pada penyelidikan dan akan segera dilimpahkan ke Kejaksaan
“Berdasarkan fakta hukum bahwa sejauh ini yang didapatkan dan disangkakan sesuai dengan undang-undang pornografi, sudah ada dua tersangka. Seorang perempuan dan satu cowok sebagai yang memfasilitasi aksi pornografi tersebut,” ungkapnya.
Namun terkait soal detail dan teknisnya tentu tidak bisa ia sampaikan, akan tetapi sajauh ini sudah dilakukan seperti yang ditangani oleh Polres Mataram terkait dugaan asusila yang terjadi di Lombok Plaza Hotel juga sudah diproses dan sedang dalam tahapan penyelidikan.
“Kami tidak berdiam diri, dan tehnikanya tidak bisa diungkapkan karena pengungkapan perkara ini dibutuhkan kerahasiaan terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan oleh penyidik,” jawabnya.
Sementara, owner Metzo Wolini mengatakan, bahwa sebelumnya pihaknya telah memberikan klarifikasi soal apa yang telah terjadi. Dia mengatakan, bahwa dia tidak mengetahui adanya praktek asusila di Metzo.
“Saya memang owner Metzo, dengan kejadian itu kami sama sekali tidak tahu,” jawabnya kembali.(rif)