MUHAMAD RIFA'I / RADAR MANDALIKA BUAT KERIPIK: Marzuki Makmun, saat memarut ubi kayu untuk dijadikan keripik sebelum digoreng, kemarin.

Penjualan Masih Lesu, Pangsa Pasar Berkutat Pada Santri

Industri rumah tangga (home industry), harus tertatih-tatih membangitkan usahanya. Covid-19 membuat mereka harus terus berusaha membangkitkan usahanya.

MUHAMAD RIFA’I – LOTIM

SEJAK bencana non alam Corona Virus Disease (Covid-19), mengakibatkan aktivitas sehari-hari masyarakat diseluruh dunia menjadi terkendala. Bukan itu saja, dampaknya hampir ke semua sektor, baik pendidikan, kesehatan. Dampak parah dirasakan masyarakat, khususnya sektor ekonomi.

Dampak ekonomi sangat dirasakan masyarakat, sebab masyarakat tidak bisa dengan leluasa melakukan aktivitas mencari rezeki. Apalagi, mereka yang bekerja di perusahaan, terkena imbas pada pendapatannya. Lantaran perusahaan tempatnya bekerja terpaksa melakukan rasionalisasi. Perusahaan bahkan, terpaksa melakukan pemberhentian karyawan bersifat sementara, sampai menunggu kondisi normal kembali.

Sejak pemerintah menetapkan new normal, diharapkan masyarakat kembali membangkitkan ekonominya. Pemerintah dengan berbagai upaya, terus mendongkrak masyarakat agar ekonominya bangkit. Salah satunya, melalui suntikan dana dan pelatihan. Meski pun, tidak seleluasa sebelum covid-19.

Sampai saat ini, covid-19 di Lotim bersifat fluktuasi. Angka pasien covid-19 meninggal dunia juga meningkat. Dari data yang dirilis tim Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Lotim, menunjukkan sudah di angka 1103 pasien, dengan jumlah pasien sembuh 1029 orang, masih perawatan 38 pasien dan pasien meninggal dunia mencapai 36 pasien. Semua pasien meninggal tidak murni covid-19, melainkan comorbid (penyakit penyerta).

Ditengah new normal, masyarakat pelaku industri rumah tangga, harus tertatih-tatih. Betapa tidak, tingkat pembelian semakin  menurun. Sebab, ekonomi masyarakat masih sangat lemah. Tingkat pendapatan masyarakat masih rendah.

Seperti yang dialami Marzuki Makmun, pelaku industri rumah tangga (home industry) asal Dusun Darul Hijrah Desa Anjani Kecamatan Suralaga Lotim. Bertahun-tahun ia bersama istrinya menggeluti usaha keripik singkong. Sejak covid-19 melanda, omzet keripik singkongnya menurun tajam. Meski pun, pangsa pasar andalannya para santri. Sebab, ia memproduksi keripik singkong tidak jauh dari komplek Pondok Pesantren (Ponpes) NW Anjani.

Karena tingkat penjualan menurun, berdampak pula pada bahan baku yang diolah menjadi keripik, juga ikut berkurang. Biasanya, sehari memproduksi dua karung, dan habis terjual dalam waktu dua hari. Tapi sekarang, bisa habis terjual sampai lima hari lebih.

“Tingkat penjualan kami selama wabah memang menurun. Tapi alhamdulillah, selalu habis keripik yang kami buat,” kata Marzuki Makmun, kemarin. (*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 269

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *