RENY FOR RADAR MANDALIKA PENGUKURAN: Seorang petugas mengukur tinggi badan anak disalah satu posyandu di wilayah kerja Puskesmas Puyung, Kecamatan Jonggat Lombok Tengah, belum lama.

PRAYA – Berdasarkan data sampai Februari 2021. Angka stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Kecamatan Praya mencapai 1.509 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, terdiri dari tinggi badan anak sangat pendek ada sebanyak 394 orang dan pendek ada 1.115 orang. Total angka kasus stunting tersebut tersebar di 15 desa/kelurahan se- Kecamatan Praya dari dua wilayah kerja puskesmas. Yaitu Puskesmas Praya dan Puskesmas Aikmual.
Adapun rincian angka kasus stunting dari dua puskesmas tersebut. Pertama, Puskesmas Praya mencatat angka stunting di sembilan kelurahan sasaran mencapai 1.350 kasus dari jumlah anak balita yang diukur sebanyak 6.237 orang. Dari jumlah kasus tersebut, tinggi badan anak sangat pendek ada sebanyak 300 orang dan pendek ada 1.050 orang.
Rinciannya, angka stunting di Kelurahan Praya mencapai 86 kasus dari jumlah sasaran anak yang diukur sebanyak 717 orang, itu terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 18 orang dan pendek ada 68 orang. Di Kelurahan Prapen mencapai 251 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 1.129 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 46 orang dan pendek ada 205 orang. Di Kelurahan Tiwu Galih mencapai 111 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 993 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 23 orang dan pendek ada 88 orang.
Selanjutnya, di Kelurahan Leneng mencapai 138 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 636 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 38 orang dan pendek ada 100 orang. Di Kelurahan Panjisari mencapai 105 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 406 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 26 orang dan pendek ada 79 orang. Di Kelurahan Renteng mencapai 128 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 534 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 28 orang dan pendek ada 100 orang.
Kemudian angka stunting di Kelurahan Semayan mencapai 211 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 591 orang, itu terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 56 orang dan pendek ada 155 orang. Di Kelurahan Gerunung mencapai 172 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 608 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 33 orang dan pendek ada 139 orang. Di Kelurahan Gonjak mencapai 148 kasus dari jumlah sasaran sebanyak 623 orang, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 32 orang dan pendek ada 116 orang.
Kepala Puskesmas Praya, H Muslim Tasim mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan pihaknya dalam mencegah kasus stunting seperti pemberian makanan tambahan (PMT). Namun lebih dulu, pihaknya memberikan penyuluhan kepada kader dan orangtua. Dimana, orangtua harus mempunyai pemahanan terkait pemunahan gizi seimbang bagi anak.
“(Gizi) seimbang dalam artian bagaimana protein, karbohidrat terpenuhi,” katanya kepada Radar Mandalika, kemarin (24/8).
Dia menjelaskan, pencegahan kasus stunting butuh waktu lama. Gambarannya, begitu selsai kegiatan penanganan stunting tapi hasilnya tidak bisa langsung terlihat waktu itu. “Tapi kita bisa menilai keberhasilan itu tiga, empat, lima tahun ke depan. Apa yang kita lakukan saat ini,” terang Muslim.
Namun begitu, upaya pencegahan stunting tetap dilakukan mulai sejak dini. “Misalnya ibu-ibu ditemukan hamil, kita sudah melakukan bahwa bagaimana kecukupan daripada gizi ibu hamil tersebut. PMT ibu hamil ada. Terus manfaat dari kegunaan pemenuhan kebutuhan gizi untuk ibu hamil itu apa. Selain kesehatan ibunya juga kesehatan anaknya,” ungkap Muslim.
Pihaknya tetap melaksanakan upaya tersebut selama proses kehamilan. Dan, untuk kegiatan pencegahan yang sifatnya rutin dilakukan seperti pemberian tamblet tambah darah bagi ibu hamil. Setelah melahirkan, sang ibu harus memberikan ASI eksklusif bagi anak sejak lahir hingga berusia enam bulan.
“Tetapi setelah enam bulan itu ada juga PMT untuk anak-anak sampai dia berumur 1000 hari,” kata Muslim. Sembari menambahkan, pemberian PMT dilakukan di posyandu-posyandu yang ada.
Adapun upaya lain dalam rangka pencegahan kasus stunting dari 75 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Praya. Muslim mengutakan, pihaknya mengedepankan pola bapak asuh. Setiap posyandu ada bapak asuh. Seperti di Posyandu Rancak.
“Makanya setiap pelaksanaan posyandu ada andilnya (bapak asuh),” katanya.
Ditekankan, masalah stunting ini menjadi tanggungjawab bersama. Tidak hanya tanggung jawab jajaran pemerintah saja. Menurut Muslim, persoalan stunting utamanya dipicu masalah gizi seimbang. “Ada orang yang mampu memenuhi kebutuhan gizi-nya tapi tidak paham tentang gizi yang seimbang. Yang penting anaknya makan (kenyang) tapi unsur-unsur yang gizi itu terpenuhi ndak. Ada juga yang memang betul-betul karena ekonomi,” katanya.
Oleh karena itu, pemberian edukasi terhadap ibu hamil tentang mengelola atau memberikan gizi seimbang kepada anak itu menjadi sangat penting. “Kita berikan PMT itu dalam bentuk barang,” jelas Muslim.
Kedua, Puskesmas Aikmual mencatat angka stunting di enam enam desa sasaran mencapai 159 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, terdiri dari tinggi badan sangat pendek ada sebanyak 94 orang dan pendek ada 65 orang. Kelima desa sasaran Puskesmas Aikmual yaitu Desa Bunut Baok, Jago, Aikmual, Montong Terep, Mertak Tombok, dan Desa Mekar Damai.
Rinciannya, angka stunting di Desa Bunut Baok mencapai 45 kasus, itu terdiri dari tinggi badan sangat pendek ada sebanyak 27 orang dan pendek ada 18 orang. Kemudian di Desa Jago mencapai 20 kasus, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 17 orang dan pendek ada tiga orang. Di Desa Aikmual mencapai 32 kasus, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 22 orang dan pendek ada 10 orang.
Selanjutnya, angka stunting di Desa Montong Terep mencapai 14 kasus, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak sembilan orang dan pendek ada lima orang. Di Desa Mertak Tombok mencapai 29 kasus, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak 10 orang dan pendek ada 19 orang. Berikutnya di Desa Mekar Dami mencapai 19 kasus, terdiri dari sangat pendek ada sebanyak sembilan orang dan pendek ada 10 orang.
Koordinator Gizi Puskesmas Aikmual, Himmatul Fajri menjelaskan, pihaknya menggunakan standar deviasi (SD) untuk melihat tingkat keparahan. Kalau berada pada –2 SD itu artinya pendek. Kalau –3 SD itu artinya sangat pendek. “Rata-rata umur dua tahun ke atas yang kenak stunting,” ungkapnya kepada Radar Mandalika, belum lama ini.
Di wilayah kerja Puskesmas Aikmual terdapat 75 posyandu dari 88 dusun dari enam desa sasaran tersebut. Dikatakan, pemicu kasus stunting antara lain pola konsumsi, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pernikahan dini hingga lingkungan yang kurang maksimal. Pencehan kasus stunting harus melibatkan banyak pihak.
Upaya pihaknya dalam mencegah stunting antara lain pemberian PMT bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Selain itu, PMT bagi balita yang penderita gizi kurang. Kemudian pemberian tablet tambah darah bagi remaja. “Kita juga berikan penyuluhan-penyuluhan, eduksi-edukasi, dan kenseling,” ungkap Himmatul. (zak)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 185

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *