PRAYA – Bendungan Batujai diharapkan bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Salah satu potensi yang bisa digarap yakni kawasan wisata. Hal ini yang kemudian menjadi diskusi masyarakat lingkar bendungan bersama dinas dan pihak terkait lainnya, kemarin.
Ketua Komunitas Daerah Tangkapan Air, Bajang Toni mengungkapkan, bahwa pihaknya berinisiasi supaya bagaimana mengelola bendungan yang satu-satunya di tengah kota ini, dengan konsep membangun wisata di areal bendungan. Dengan harapan keseimbangan dampak kawasan Mandalika dengan sirkuitnya bagi semua wilayah.
“Jualan terbaik di lingkar Bendungan Batujai ini yakni jualan pariwisata alam,” ungkapnya.
“Maka euforia Mandalika ini dapat dirasakan di Kota Praya juga, secara umum Lombok Tengah, dengan sajian wisata alam, wisata air di tengah kota ini,” tambahnya.
Ditambahkan, Ketua Forum Komunitas Waduk, L Junaidi Makmun memaparkan, produktivitas dari kelompok masyarakat yang dibentuk sudah dapat memproduksi pupuk kompos dari eceng gondok dan kotoran ternak warga sekitar bendungan dan telah dikunjungi oleh Kementerian PUPR.
Namun ia menyatakan masih kurang besar skala produksi. Mengingat alat yang digunakan masih sederhana dan skala kecil. Bahkan ia mengusulkan untuk mengambil alih gudang pengolahan pupuk di Kelurahan Prapen yang saat ini dialihkan fungsi menjadi gudang truk sampah.
“Semua Kelompok Masyarakat (Pokmas) punya mimpi punya destinasi pariwisata di lingkungan sekitarnya, seperti yang telah dilaksanakan yakni Savana Lembak Paradise,” ungkapnya.
Ketua Pokmas Semayan, Ristan malah menyampaikan banyaknya potensi ini banyak untuk diintervensi. Namun belum ada lampu hijau para pihak terkait dalam skema pengelolaannya.
“Jangan sampai grand design Loteng bukan bagian dari yang kami rancang di greenbelt (pesisir genangan, red) Bendungan Batujai ini. Karena status kepemilikan bukan milik kami, kemudian apakah BWS dapat mengoneksikan hal itu dengan Pemda supaya grand design dapat terbangun,” sentilnya.
Dalam hal ini, Bappeda Loteng ia harapkan sangat butuh konsep penataan, kemudian BWS dapat memberikan kewenangan dalam konsep pengelolaannya, sehingga dapat menjadi destinasi wisata tengah kota, sehingga sinkron dengan Dinas Pariwisata Loteng.
“Saat even besar kita selalu kekurangan homestay. Kenapa kemudian wilayah seputaran waduk greenbelt ini dapat dikembangkan demikian. Bukan hanya pertanian namun konsep pariwisatanya juga jalan,” ucapnya.
Ssmentara Kepala Dinas Pariwisata Loteng, Lendek Jayadi menanggapi hal tersebut mengungkapkan, pihaknya dapat membantu kemitraan penataan pariwisata, dan Poltekpar dalam perhotelan dalam potensi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) para pengelolanya. Kemudian Perguruan tinggi lain baik STP dan Unram juga dapat dilakukan kemitraan.
“Kita dapat canangkan keunggulan SDM dan alam kita. Kita paling kaya baik gunung laut dan lainnya. Tinggal bagaimana meliknya (unik,red) alam ini dalam meliknya kita ini. Jelas ini dalam membangun korelasi yang jelas, dan ini dapat dikerjakan bersama-sama,” paparnya.
Kepala Bappeda, Lalu Wiranata menyampaikan, pihaknya tidak boleh menganggarkan pembangunan di luar wewenang, maka bisa saja terkena audit oleh BPK maupun APH. Namun hanya dapat melalui kemitraan dalam hal ini. Terlebih kondisi sungai juga yang tercemar kemudian perlu dijaga bersama.
“Sebenarnya kita bisa masuk dalam program pemberdayaan masyarakat. Penanaman pohon yang berbuah dan dapat diadakan oleh pemda. Mengingat kawasan strategis lingkar pesisir Waduk ini masuk ke daerah. Dan daerah lain bergantung terhadap air ini, seperti Lombok Barat,” ungkapnya.
Bahkan ia mencontohkan seperti di Jakarta, dimana adanya Waduk Sunter, dan sungai itu dijadikan sport tourism. Dan ia bahkan meminta hal tersebut kepada BWS dilaksanakan di areal utara seperti demikian juga untuk arum jeram, dan itu sangat menjanjikan apabila dapat demikian.
PPK UP 4 Bidang Pemberdayaan BWS NT 1, Suhardi mengungkapkan, program kegiatan Pokmas di akhir tahun ini ia katakan sudah selesai. Kemudian saat ini merupakan program keberlanjutan kemitraan yang akan dilaksanakan.
Bahwasanya, pokmas ini tidak selamanya diberdayakan dan dibina oleh pihak BWS, mengingat dihajatkan membangun kemandirian kepada masyarakat ke depan.
“Pokmas ini juga sebagai pengelolaan lahan kawasan greenbelt yang merupakan lingkup kerjanya, maka pemberdayaan ini dalam hal perawatan areal pinggir bendungan juga dapat maksimal, baik dari yang kumuh menjadi bersih. Kemudian eceng gondok yang menjadi gulma dapat diolah menjadi nilai ekonomis seperti membuat kerajinan tas, sendal, topi, membuat pupuk dan lain sebagainya,” tandasnya.(tim)