HARU: Suasana haru saat mahasiswi asal Lombok yang menempuh pendidikan di Sudan bertemu keluarganya di Bandara Lombok, Senin (1/5/2023).(KHOTIM/RADARMANDALIKA.ID)

PRAYA – Warga NTB yang menjadi korban perang Sudan tiba di Bandara Lombok, Senin (1/5/2023).

Sebanyak 42 orang mahasiswa dan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Sudan sedang dalam proses pemulangan.

Mahasiswi Internasional University Of Africa Sudan asal Lombok Utara, Vina Anisa bercerita saat ia berada di negara yang saat ini sedang berkonflik tersebut. Ia yang telah 7 semester mengenyam pendidikan jurusan Ilmu Hadis di Sudan dan Oktober 2023 ini akan wisuda merasa pupus harapan mengakhiri studinya di Sudan dan harus pulang ke kampung halaman.

Ia menceritakan, di Sudan sebelum terjadinya perang itu sempat terjadi demo kecil. Biasanya sebelum ada demo pasti ada pemberitahuan dari pihak kampus, namun saat itu pemberitahuan tidak begitu gempar.

Pagi hari, saat ia baru bangun dari tidurnya pada pukul 9 pagi, sudah ada suara ledakan dan tembakan di depan asrama. Dimana, itu merupakan tembakan dari SRF (tentara bayaran pemerintah, red). Dan, Kamp SRF itu persis di belakang asramanya. Ia pun dievakuasi ke aula kampus, namun masih dekat dengan lokasi gencatan senjata.

Saat di aula pun ia harus terisolir selama hampir sepekan dengan kondisi tiarap, lampu dimatikan, jaringan internet sempat terputus, hingga hanya memakan mie instan mentah sebagai cadangan makanan.

“Di hari pertama gencatan senjata pada 15 April 2023 hingga hari kedua banyak juga Tentara masuk ke asrama, tentara banyak nembak nyasar ke asrama dan rumah warga Sudan, Kita sempat dievakuasi oleh pihak kampus pakai bus ke aula kampus namun masih deket dengan lokasi genjatan, diaulapun kami sekitar sepekan. Dan akhirnya dievakuasi oleh KBRI,” ungkapnya.

Di Sudan memang sempat ada perjanjian, adanya penetapan waktu perang gencatan senjata dan ada waktunya berhenti secara aturan, namun perjanjian itu tidak diindahkan. Diungkapkan, sampai-sampai pesawat lewat pun ditembaki. Hingga semua susah evakuasi. Saat evakuasi ada perjanjian 3 hari tanpa adanya gencatan senjata. Hingga ia dievakuasi oleh KBRI. Namun dalam perjalanan darat pun saat evakuasi ia masih melihat masih ada genjatan senjata di lembah.

“Evakuasi oleh KBRI dari Khortum ke Sawakin selama 20 jam, istrahat di sana jalani 15 proses pemeriksaan oleh tentara. Di Sawakin kami sudah merasa aman. Ditanya dari mana dan lebih lanjut KBRI yang ditanya. Dan Sudan sekarng masih berlangsung konflik bahkan masih mencekam makin parah,” bebernya.

Ia merasakan tahun akhir kuliahnya di semester 7 ini benar-benar sangat menyedihkan. Dimana, Ia akan diwisuda pada bulan Oktober 2023 ini, dan sangat disayangkan ketika saat ini terjadi perang. Vina berharap kepada Pemprov NTB sebagai mahasiswa Sudan dapat menyelesaikan kuliahnya. Namun tidak mungkin akan mengulang dari awal lagi dalam perkuliahannya itu. Ia meminta kemudahan supaya dapat melanjutkan kuliahnya sesuai dengan semester yang telah ia tempuh.

“Terima kasih untuk KBRI, P3MI, Pemprov, dan Pemda dan semua pihak yang membantu kepulangan kami,” tandasnya.

Salah seorang PMI asal Desa Bagek Polak, Jereneng Kabupaten Lombok Barat, Zakiah menyatakan, rumah majikannya yang tidak terlalu jauh dari lokasi perang awalnya tidak menghiraukan. Ia kira akan berlangsung selama sehari-dua hari selesai, namun nyatanya tidak selesai.

“Saya sering didatangi tentara Sudan, mencari musuhnya, dan saya nyatakan diri saya dari Indonesia, dan saya kabari majikan saya dan disuruh masuk kemudian majikan yang berbicara dengan tentara. Kejadian ini terjadi paska lebaran. Dan 2 hari setelah di evakuasi baru rumah majikan hancur,” bebernya.

“Bunyi senjata itu sering didengar, apalagi bom, saya sempat pegang peluru basoka di halaman rumah majikan. Saya kira timah, itu sebesar lengan saya. Saya beritahu majikan hingga dia kaget dan disuruh lepaskan,” imbuhnya.

Selama ini, Ia merasakan majikannya sangat baik. Dimana, Ia sempat diajak ngungsi ke London tapi ia tidak mau.

“Sekarang saya tidak mau menjadi TKI lagi, meskipun hanya 6 bulan kemarin. Saya kapok meskipun sudah aman. Sekarang saya di rumah saja nyaman di Lombok, fokus ibadah dan kerja seadanya saja untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Sementara, Asisten II Pemrov NTB, Dr Eka yang dijumpai di Bandara Lombok saat menjemput PMI dan Mahasiswa yang datang menjelaskan, bahwa hari Senin (1/5), ada dua penerbangan kedatangan masyarakat NTB dari Sudan, yakni paginya ada 4 orang (3 PMI dan 1 pelajar) dan sorenya ada 19 orang (9 PMI dan 10 pelajar).

“Total 42 orang, namun bertahap kepulangannya. Ini dari Pulau Lombok dan Sumbawa. Dari 42 orang ini masih ada di Sudan, ada juga dievakuasi ke Arab Saudi dan juga di Jakarta. Kepulangannya bertahap,” paparnya.

Dikarenakan kondisi situasi belum stabil di Sudan, maka untuk PMI maupun Mahasiswa yang ada di Sudan, baik yang biaya mandiri sekolahnya maupun beasiswa, pihaknya sedang melakukan berkoordinasi.

“Dari Sudan dievakuasi ke Indonesia oleh KBRI, dan untuk ke daerah masing-masing oleh Pemprov ke daerah,” ujarnya.

Kalaupun ada yang tidak mau dievakuasi WNI di Sudan, maka akan dipantau oleh KBRI lansung, karena keselamatan WNI prioritas utama, kalaupun kemungkinan terburuk pasti dievakuasi apabila mengancam keselamatannya.

Tidak mau dievakuasi inipun dikarenakan banyak pertimbangan, apabila mahasiswa pulang, maka banyak berfikir tidak ada biaya balik lagi ke Sudan nantinya. Namun Ia berharap dan berdoa semoga semua baik-baik saja.

Kepulangan ini juga sudah dicek kesehatan di Asrama Haji dan dikatakan semua baik-baik saja. Baik secara psikis dan luka juga tidak ada.

“Sebanyak 42 WNI asal NTB yang eksodan dan sudah ada di tanah air bersama eksodan lainnya yang ditampung sementara di Asrama Haji Jakarta. Di bawah koordinasi Kantor Penghubung NTB di Jakarta, pagi Senin 1 Mei  2023 ini 23 orang eksodan dipulangkan ke NTB dalam 2 kloter,” terang Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, HL Gita Ariadi menyambut kehadiran para WNI asal NTB di Bandara Lombok, kemarin.

Ribuan WNI yang sedang di Sudan untuk bekerja, sekolah dan kepentingan lainnya menjadi korban. Dalam situasi sulit, pemerintah hadir untuk melindungi dan evakuasi WNI keluar dari Sudan ke Jeddah Saudi Arabia dan kota-kota lainnya yang aman untuk selanjutnya dibawa pulang ke tanah air.

“Kloter pertama 4 orang tiba pukul 10.00 Wita. 1 orang mahasiswa atas nama Ihsan Alwan Maulana asal Ampenan.  3 orang PMI yaitu Fitri Indah Yani asal Labuapi dijemput suami dan anaknya. Ia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah dan Pemprov NTB  yang sudah membantu kepulangannya hingga tiba dengan selamat di Lombok,” ungkapnya.

Hal yang sama disampaikan Husniah PMI asal Sekotong yang keduanya berangkat lewat pengerah jasa tenaga kerja di Jakarta. Sopiawati PMI asal Rhee Sumbawa, cerita pengalamannya 9 tahun di Sudan serta situasi Sudan yang porak poranda saat ini.

Miq Gita sapaan akrabnya juga mengatakan sebanyak 4 orang warga NTB eksodan Sudan kloter 1, semuanya sudah diserahkan ke keluarga masing – masing dalam keadaan sehat dan selamat. Kloter 2 sebanyak 19 orang tiba pukul 15.00 Wita. Sedangkan Kloter 3, direncanakan pulang pada 2 Mei 2023.

“Pemprov NTB  terus memonitor dinamika politik dan konflik bersenjata di Sudan untuk perumusan kebijakan selanjutnya,” tegasnya.(tim/jho)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 401

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *