PRAYA – Kenaikan Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi baru-baru ini dirasa
kebijakan pemerintah yang tidak
berpihak kepada masyarakat.
Bayangkan saja, BBM jenis pertalet kini
menjadi Rp 10.000 per liter dari
sebelumnya Rp 7.650, kemudian solar
saat ini Rp 7.200 sebelumnya Rp 5.150
per liter.
Seorang sopir dum truk, Ansor Basri
mengatakan kenaikan ini terlalu cepat.
Dia mengaku belum saatnya BBM naik.
“Saat ini harga material sudah naik
semua. Seperti tanah urug sudah naik
harga di lokasi tambang sebelumnya per
truk seharga Rp 50.000 sekarang sudah
menjadi Rp 60.000, kemudian pasir yang
biasanya Rp 300.000 kini menjadi Rp
350.000, kalau material lain saya belum
cek sejauh ini,
” katanya kepada
radarmandalika.id, Senin kemarin.
Sementara standar harga jual ke
pelanggannya yakni berkisar Rp
225.000-250.000. Namun dalam waktu
dekat dia bersama sopir lainnya akan
rembuk untuk menyamakan persepsi
dan tetapkan standar harga Rp 250.000
dipatok tanpa nego.
“Saya belum ada kesulitan dalam
membeli bahan bakar solar ini, meskipun
diberikan batasan dalam sekali beli
hanya Rp 200.000 dalam sekali
pengisian BBM,
” bebernya.
Terpisah, M. Zaini seorang warga
mengaku berat dengan kenaikan BBM
sekarang. Diyakini berimbas juga pada
sector lainnya.
“BBM naik, mana ada naik gaji, tapi tidak
tahu apakah outsorsing akan dapat
subsidi BBM, seperti kabar angin yang
beredar seperti BLT dulu itu,
”
ungkapnya.(tim)