MATARAM – Sebanyak 47 Pramuwisata se NTB mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pramuwisata Muda Mandiri di Mataram Senin (15/07). Diklat tersebut salah satu program kegiatan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTB dibawah kepemimpinan Lalu Fatwir Uzali.
“Total peserta 47 dari 56 pendaftar. Lulus hanya 47. Lima diantaranya peserta perempuan,” ungkap Ketua Panitia Diklat, Jumadil.
Peserta kali ini dari 10 kabupaten kota yang direkrut sebelumnya secara on line melalui DPC HPI daerah. Jumadil mengatakan selain menguasai minimal satu bahasa asing juga pernah ada pengalaman dua tahun di dunia pariwisata termasuk didalamnya ada rekomendasi dari agen travel setempat.
“Nanti mereka (peserta) sebagai pemandu wisata (guide) berlisensi bekerja di travel-travel,” katanya.
Untuk lisensi sendiri nantinya akan dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi NTB setelah diajukan oleh HPI NTB. Lisensi hal yang penting dimiliki pemandu wisata. Sebab jika tidak memiliki Lisensi dipastikan Pramuwisata tersebut tidak sah lantaran melanggaran aturan. Usai pelatihan mereka juga akan diberikan sertifikat, Id card member sebagai anggota HPI.
Jumadil mengatakan peserta diberikan materi standar SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang meliputi materi pelayanan guide itu sendiri, materi keimigrasian, promosi pariwisata, pengenalan musium. Materi yang mereka terima lainnya bagaimana mengelola organsiasi tour and travel termasuk bagaimana menangani konflik.
“Disamping itu diajarkan juga tekniknya (praktik) sendiri,” katanya.
Dikat ini kategori muda dan dilaksanakan secara mandiri. Peserta hanya dibebabkan Rp 3,7 juta per orang dengan menerima fasilitas lengkap selama Diklat.
Ketua HPI NTB, Lalu Fatwir Uzali menyampaikan Diklat yang berlangsung itu salah satunya dalam rangka memberikan lisensi pada diri guide dimana selama ini banyak yang mengaku guide namun tidak memiliki izin pramuwisata.
“Teman-teman yang ikut ini berlisensi langsung dan bernaung secara langsung di HPI NTB,” katanya.
Diklat di tingkat Pramuwisata terdiri dari tiga tingkatan, Muda, Madya dan Utama. Peserta yang sudah mengikuti Muda mereka bisa mengikuti jenjang pendidikan lebih tinggi Madya termasuk Utama.
“Yang utama itu Diklatnya di Jakarta langsung. Mereka bisa langsung kerja di luar negeri,” katanya.
Lalu Fatwir tidak menampik banyak problem yang dihadapi HPI NTB selama ini. Misalnya tingkat penguasaan materi guiding, sejarah, budaya, geografi termasuk botanik masih rendah. Belum lagi problem lainnya mitra pramuwisata seperti driver, travel terkadang tidak sepehamanan. Hal krusial lainnya destinasi wisata tidak diurus, ketersediaan kebutuhan dasar seperti toilet tidak memadai parahnya lagi sampah yang tidak berserakan yang dilihat langsung oleh wisatawan.
“Semua itu masuk jadi problem sekaligus tantangan temen-teman pemandu,” katanya.
Dari persoalan yang ada pihainya melihat penting segera dilakukan pembenahan.
“Ini memang tidak mudah. Tapi dalam memecahkan masalah itu kita akan kerjasama dengan seluruh elemen pemrintah maupun swasta,” jelasnya.
Sebagai organisasi pemandu wisata. Beberapa tugas HPI NTB kedepannya. Pertama peningkatan kompetensi, meningkatkan skill, kapasitas guide. Kedua peningkatan kesejahteraan. Dalam hal ini pihaknya telah mendorong kenaikan fee pemandu wisata supaya lebih meningkat.
“Kesejahteraan itu misalnya dengan mengusulkan guide fee kepada oemberi kerja. Alhamdulillah Guide fee di HPI akan berlaku 1 Agustus kedepan. Untuk grub domestik satu bus berisi 20-40 penumpang fee guidenya Rp 850 ribu sehari. Tapi untuk jenis tertentu,” ungkapnya.
Hal ketiga lainnya soal perlindungan pramuwisata. Perlindungan ini menyangkut keselamatan pramuwisata. (jho)