HAZA/RADAR MANDALIKA RICUH: Terlihat kericuhan terjadi di acara seminar nasional di aula PGRI Loteng, Rabu kemarin.

PRAYA – Seminar nasional How To Be Great Teacher dengan tema “Nggak Cukup Sekadar jadi Guru Biasa” berlangsung ricuh.

Kegiatan ini diselenggarakan Dinas Pendidikan Lombok Tengah bekerja sama dengan PGRI Loteng dan Dewan Pimpinan Daerah Wira Usaha Muda Nusantara (Wimnus) NTB terpusat di aula PGRI, Rabu kemarin.

Dari pantauan di lokasi, sejak awal kericuhan sudah terjadi. Hal ini karena banyak peserta yang sudah mendaftar melalui google form tidak kebagian tempat dan sertifikat.

Dalam seminar ini, setiap peserta yang merupakan guru PPPK diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini. Setiap peserta harus membayar pendaftaran sebesar Rp 150 ribu. Ini sesuai dengan surat edaran Dinas Pendidikan Lombok Tengah nomor 421.2/1990/Disdik per tanggal 28 Oktober 2022.

Salah satu peserta atas nama, Sukardi Malik menyampaikan kekecewaannya terkait penyelenggaraan seminar nasional yang kurang terkoordinir.

“Seminar nasional ini sangat bagus bagi kami selaku PPPK untuk menambah wawasan, namun kami sedikit kecewa kepada panitia, karena jumlah peserta tidak sesuai dengan daya tampung tempat acara. Apalagi acara ini kami ikuti sesuai arahan dari Dinas Pendidikan. Namun sayangnya diantara kami banyak yang tidak kebagian tempat, sertifikat dan tidak dapat mengikuti acara sampai selesai,” ujar Guru SDN Mertak Ubung ini.

Dengan biaya yang cukup besar jadi wajar pihaknya dan teman-teman guru PPPK yang lain mengalami sedikit kekecewaan karena fasilitasnya kurang memadai. Apalagi, seminar ini baru pertama digelar di Loteng yang diperuntukkan untuk guru PPPK dengan narasumber Syafii Efendi seorang trainer dan motivator nomor satu Indonesia.

“Ini acara besar seharusnya diseting sebaik mungkin termasuk tempat acara, kita sejak awal sudah mendaftarkan diri melalui google form namun pas hari H banyak yang daftar secara ofline sehingga kita tidak kebagian tempat,” sambungnya.

Sementara Ketua PGRI Loteng, H Amir mengatakan, terkait kericuhan ini pihaknya akan bicarakan ke panitia untuk melakukan seminar sesi kedua. Terkait kapasitas gedung bisa menampung 700 orang. Namun pihaknya tidak menduga antusias peserta melebihi itu sehingga ada sebagian peserta tidak kebagian tempat.

“Nanti kita data ulang nama-nama peserta yang belum mendapatkan sertifikat dan akan diberikan ke narahubung masing-masing. Sertifikat ini sangat berguna untuk melengkapi persyaratan daftar usul kenaikan pangkat dan angka kredit atau nilai skor,” ucapnya.

Sekali lagi pihaknya betul-betul tidak menduka peserta akan sebanyak ini karena dilihat dari pendaftar dari google form yang terdata sebanyak 680 peserta. Sehingga dirasa itu cukup ditampung di aula PGRI, namun pas harinya ada yang mendaftar belakangan melalui ofline. Sehingga dampaknya gedung PGRI over kapasitas.

“Masalah ini kita bicarakan dengan panitia supaya ada seminar gelombang kedua, nanti mereka dari Wimnus yang akan menentukan kapan waktunya,” pungkasnya.

Senada, Ketua Panitia, Andi Sayid Saputra mengatakan, selaku panitia acara ini sudah disediakan 720 kursi ada yang kosong juga. Dan ini di luar perkiraan panitia pas hari-H banyak guru yang meminta untuk membuka pendaftaran. Sehingga semua pendaftar tidak bisa tertampung semua.

“Masalah ini kami akan diskusikan kembali dengan narasumber apakah bersedia untuk melakukan seminar kedua bagi guru-guru yang tidak dapat mengikuti seminar hari ini melalui webinar atau Zoom, kalau mendukung mungkin bisa secara langsung,” ucapnya.(cr-hza)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 1438

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *