MATARAM – Direktur Utama RSUP NTB, dr Lalu Herman Mahaputra alias dokter Jeck menyikapi kegaduhan yang terjadi. Terlebih viralnya video dugaan pengusiran pasien oleh preman di Rumah Singgah tersebut. Dokter Jeck membantah hal itu. Dia mengaku untuk apa menyewa preman. Menurutnya pihaknya memberikan kewenangan ke pihak ketiga untuk membangun rumah singgah.

“Mungkin yang dimaksud itu kami ini memberikan pihak ketiga untuk membangun di belakang. Mereka punya tukang, jadi tidak ada preman, tukang itu,” ungkap dokter Jeck di Mataram Sabtu (22/02).

Dokter Jeck menjelaskan terkait video yang beredar di media sosial (medsos) itu bukan pengusiran paksa pasien rumah singgah. Melainkan relokasi rumah singgah pasien ke tempat yang lebih baik.

“Ini sebenarnya lebih penertiban di rumah singgah. Jadi RSUP NTB itu ingin merelokasi ke tempat yeng lebih tertib,” katanya.

Dijelaskannya, relokasi rumah singgah itu bertujuan untuk memberikan fasilitas yang lebih baik dan nyaman. Tentunya mempermudah aksesibilitas pasien rumah untuk kontrol ke pelayanan poliklinik di dalam area rumah sakit serta dekat dengan rumah ibadah (masjid).

“Lokasi sekarang ini di belakang akan lebih luas. Luas lahan 50 are. Di sana bisa untuk masak atau mencuci. Jadi lebih kepada penertiban di rumah sakit,” jelasnya.

Dokter Jeck mengungkapkan, dalam video yang beredar ada pasien yang menolak bahkan menangis untuk direlokasi, sebelum pembongkaran, pihak RSUP NTB sudah mensosialisasikan. Bahkan mengkonfirmasi tekait relokasi dan pembongkaran tesebut.

“Bahwa kami sudah berulang kali menginformasikan ke teman-teman yang ada di rumah singgah. Awalnya kita melakukan sosialisasi mereka setuju. Saya tidak tahu tiba-tiba ada yang tidak mau,” ucapnya

Untuk kapasitas pasien di rumah singgah sendiri bisa menampung lebih dari 10 orang. Namun rumah singgah pasien bukan hanya di RSUP NTB melainkan juga ada 12 tempat di NTB.

“Jadi ada 12 rumah singgah yang ada kerja sama dengan RSUP NTB untuk menampung teman-teman yang butuh rumah singgah.  Salah satunya itu di NTB Care,” jelasnya.

Saat ini, terdapat delapan pasien yang menghuni rumah singgah tersebut. Fasilitas ini diperuntukkan bagi pasien dari daerah jauh seperti Bima, Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Utara yang harus menjalani kontrol rutin setiap dua atau tiga hari di RSUP NTB.

“Ada 8 yang saat ini menghuni rumah singgah,” sebutnya.

Sementara itu, salah satu pasien yang ada dirumah singgah Ruslan mengatakan, merasa kaget kejadian pembongkaran tersbut. Namun mendengar di luar ribut dirinya enggan untuk keluar dan ikut campur.

“Saya kaget, tapi saya diem saja tidur karena lagi kambuh sakitnya,” katanya.

Ia berharap, ada solusi terbaik dari RSUP NTB tekait nasib pasien yang saat ini ada di rumah singgah. “Perhatikan kami yang lagi sakit, apalagi saya dari Dompu, jauh,” imbuhnya. (jho)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 517

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *