MATARAM – Dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pengasuh Pondok Pesantren yang berlokasi di Gunung Sari, Lombok Barat (Lobar) memantik reaksi keras wakil rakyat di DPRD NTB. Amat menyedihkan sebanyak 22 santriwati menjadi korban kekerasan seksual di pondok tersebut.
“Biadab sekali kalau betul itu terjadi,” tegas Anggota Komisi V DPRD NTB itu.
Politisi PBB itu mengaku amat sedih. Mendengar prilaku tak bermoral yang terjadi di instansi pendidikan agama itu. Kejadian seperti itu mencoreng keberadaan pondok pesantren lainnya di NTB. Ia lantas meminta pelaku dihukum berat. Tak tanggung-tanggung, dirinya menyarankan bila perlu dihukum mati.
“Kalau bisa hukuman mati, hukuman apa keq (lebih berat) supaya (ada) efek jera,” katanya geram.
Berbuat tak senonoh kepada santriwati, sama halnya sedang melecehkan anak sendiri. Mestinya sebagai pimpinan Pondok memberikan edukasi, ilmu agama, menjadi tauladan bagi anak didik mereka. Justru fakta terbalik, oknum pengasuh pondok pesantren tersebut malah berbuat tak terpuji.
“Jangan sampai pondok-pondok yang betul – betul menerapkan pendidikan tercoreng dengan ulah oknum pimpinan ponpes seperti itu,” ujarnya.
Wakil Rakyat Dapil VI (Bima, Dompu dan Kota Bima itu mengatakan oknum pimpinan ponpes itu tidak waras.
“Yang melakukan itu tidak waras. Perlu dicek kesehatan psikologinya,” tegasnya.
Nadirah meminta pemerintah supaya segera melakukan rehabilitasi mental ke 22 santriwati itu. Hak pendidikan mereka harus tetap dilanjutkan.
Kedepannya, Nadirah mendorong harus ada pengawasan pondok lebih melekat. Dirinya berharap Gubernur Wakil Gubernur Iqbal – Dinda bisa mengatensi serius, memberikan citra-citra positif pondok pesantren yang ada. Bila perlu pemerintah bersama Kementerian Agama bisa menerapkan tes psikologi bagi para pengasuh maupun ustas utazah lain secara terus menerus. Guna menghindari kejadian serupa tidak kembali terulang.
“Pimpinan pondok maupun ustaz-ustazah bila perlu enam bulan sekali (diberlakukan) tes kesehatan, psokologisnya. Supaya tidak terjadi kekerasan disekolah dan di pondok pesantrena lainnya,” pungkasnya. (jho)