MATARAM – Revitalisasi Posyandu menjadi posyandu keluarga merupakan salah satu program unggulan yang terus digesah pemerintah Provinsi NTB saat ini. Ikhtiar mewujudkan keluarga sehat melalui posyandu keluarga kini berbuah manis. Sinergi semua kabupaten/kota Se-NTB dan kolaborasi semua pihak, angka Stunting turun menjadi 16,84 persen pada akhir tahun 2022
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur NTB, Dr Sitti Rohmi Djalilah saat membuka kegiatan Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023 di Mataram, Rabu (22/2).
“Alhamdulillah kerja keras kita selama ini membuahkan hasil. Revitalisasi posyandu mencapai 100 persen, penanganan stunting semakin baik. Saya optimis tahun 2023 bisa turun menjadi 14 sekian persen,” ungkapnya bangga.
Ummi Rohmi menjelaskan, jika melihat data dari waktu ke waktu di aplikasi e-PPGBM, tren angka stunting terlihat jelas penurunannya. Contohnya di tahun 2019 angka stunting berada di 25,5 persen, di 2020 sebesar 23,03 persen, di 2021 sebesar 19,23 persen, 18,94 persen di Februari 2022, dan turun menjadi 16,84 persen di Desember 2022.
“Saya sangat apresiasi kepada dinas kesehatan, puskesmas, TP PKK, BKKBN dan semua stakeholder terkait yang berjuang mewujudkan keluarga sehat untuk menangani masalah Stunting,” imbuh Ummi Rohmi.
Senada dengan itu, Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTB Drs H. Syamsul Anam M.PH mengatakan, tren angka stunting yang menurun tak lepas dari kolaborasi dan sinergi semua stakeholders terkait di NTB. Ia menilai semua pihak turut andil yang besar terhadap penurunan angka stunting.
“Dalam rapat kerja kali ini, kami akan menyiapkan beberapa langkah-langkah jitu guna menurunkan angka stunting yang lebih masif lagi,” jelasnya.
Kegiatan Rakerda juga dihadiri oleh Bupati Lombok Utara, perwakilan BKKBN kabupaten/kota se-NTB, Dinas Kesehatan dan seluruh stakeholder terkait.
Sementara itu sikegitan terpisah Wakil Gubernur NTB, Dr Sitti Rohmi Djalilah apresiasi pembuatan film pendek tentang stunting oleh SMA Negeri 1 Mataram sebagai bagian dari edukasi penanganan stunting di Indonesia khususnya di Provinsi NTB.
Hal itu disampaikan pada saat menerima audiensi tim dari SMAN 1 Mataram, di ruang kerja Wagub, pada Rabu (22/02).
“Edukasi tentang lingkungan dan stunting adalah edukasi dahsyat yang membutuhkan konsistensi tinggi,” jelas Ummi Rohmi.
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam penanganan kasus stunting, pengelolaan lingkungan yang baik akan melahirkan ekosistem yang sehat.
“Mindset anak harus diubah, harus dipahami bahwa antara kesehatan dan lingkungan adalah suatu lingkaran yang saling mempengaruhi. Alam kita luar biasa, maka kita harus bisa mengatur, memelihara, dan mengelola lingkungan dengan baik,” lanjutnya.
Wagub berharap ketika mindset anak baik tentang lingkungan, maka secara otomatis kualitas masyarakat dan daerah akan ter-upgrade dengan sendirinya. Ia pun berharap dengan pembuatan film ini dapat dijadikan edukasi dan sosialisasi di kalangan masyarakat terutama remaja.
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Mataram, I Gusti Ayu Adi Dauti Antari menjelaskan, bahwa stunting disebabkan oleh tiga faktor, yaitu pernikahan dini, sanitasi, dan nutrisi.
Maka melalui kreativitas dalam pembuatan naskah film berbasis digital edukasi ini diharapkan mampu memberikan edukasi kepada anak-anak, apalagi yang terlibat langsung dalam pembuatan film ini.(*)