KESEDIHAN: Isak tangis anak pertama Irma Lestari PMI yang menjadi korban turki saat melihat Peti Jenazah sang ibu yang tiba di masjid Desa Perempuan kecamatan Labuapi, Kamis (23/2). (WINDY DHARMA/RADAR MANDALIKA)

Jenazah Irma Lestari, PMI Korban Gempa Turki akhirnya tiba di kediamannya di Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat. Isak tangis keluarga pecah saat jenazah ibu dua anak itu tiba hingga pemakaman.

WINDY DHARMA – LOMBOK BARAT

PUKUL menujukan 15.15 Wita, sirene ambulans semakin kencang terdengar mendekat menuju Masjid Nurussholihin. Iringan mobil Polisi dan ambulans tepat berhenti di masjid yang sudah ramai dipadati warga Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi Lombok Barat (Lobar). Dari kumpulan warga itu dua anak bernama Alwi Putra Balisandi dan Salwa Dwi Almaira terus menatap ambulans milik Polda NTB itu. Raut wajah sedih dengan mata berkaca-kaca, keduanya dipegang erat oleh ayah dan keluarganya. Tangis seketika pecah dari dua bocah itu tak kala peti jenazah berwarna putih keluar dan diangkat jajaran kepolisian menuju dalam masjid. Bahkan tangis itu juga terdengar dari warga setempat.

Di dalamnya sang Ibu Irma Lestari yang sudah setahun lebih merantau ke Turki menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) datang dalam keadaan sudah meninggal. Kenangan sang ibu membuat anak pertamanya Alwi histeris menangis memanggil sang ibu.

Bahkan ketika ditempatkan di masjid dan diserah terimakan jenazah itu oleh pihak Kementerian Luar Negeri, keluarga besar Nahrowi berbondong ingin melihat langsung wajah wanita itu. Namun peti itu tak diizinkan dibuka untuk mempercepat pemakaman. Pasalnya, Irma Lestari yang menjadi salah satu korban gempa di Turki sudah lama tertimbun dalam reruntuhan apartemen 15 lantai. Dan baru ditemukan saat akhir pekan kemarin dan langsung teridentifikasi.

Jenazah korban tiba di Bandara Lombok sekitar pukul 13.50 Wita. Setelah diterbangkan dari Turki ke Jakarta bersama satu jenazah PMI lain asal Indonesia yang menjadi korban dan tiba di Indonesia Rabu (22/2) sekitar pukul 19.50 Wita. Kedatangan jenazah itu diantarkan Direktur Perlindungan WNI di Luar Negeri Kementerian Luar Negeri beserta perwakilan kostrat kepolisian Turki.

Pemakaman wanita itu berlangsung di selepas salat asar di pemakaman keluarga di Dusun Perampuan Barat.

Perwakilan Kemenlu, Kepolisian RI KBRI Angkara, Kapolres Lobar dan jajarannya hadir dalam pemakaman pahlawan devisa itu.

“Kami sangat berterima kasih terhadap jajaran pemerintah di Indonesia maupun yang ada di Turki karena sudah membantu kepulangan jenasah anak saya,” ucap sang Ayah, Nahrowi.

Meski sedih, Nahrowi tetap mencoba mengikhlaskan kepergian anak keduanya itu. Ia sangat mengenal sang anak sebagai pribadi yang tak pernah mau menyusahkan orang tua dan keluarganya. Bahkan ketika ia memutuskan untuk ikut sang ibu ke Bali. Meski sudah menjanda, Irma tetap berusaha menghidupi kedua buah hatinya demi menyekolahkan hingga sarjana.

“Kita berharap jika ada bantuan dari pemerintah untuk beasiswa untuk anak-anaknya supaya cita-cita almarhumah anaknya sekolah tinggi bisa terwujud,” ungkapnya.

Diakuinya ia sempat melarang sang anak untuk merantau ke Bali. Namun karena keteguhan sang anak untuk memperbaiki perekonomian keluarganya membuat Wanita 33 tahun itu tetap berangkat. Terlebih kemampuan sang anak sebagai terapi sudah diakui oleh beberapa Lembaga dan tersertifikat di Bali hingga Turki.

“Mungkin anak-anaknya akan ikut neneknya di Bali sekolah di sana karena masih SD, mungkin kalau sudah lulus mau sekolah di Lombok silakan,” ucapnya.

Kini ia hanya bisa mendoakan putrinya bisa ditempatkan di tempat terbaik Allah yang maha kuasa. Segala amal diterima dan seluruh dosa dihapus seperti yang didoakan para alim ulama yang mengantarkan jenazah sang anak ke liang lahat.

Sementara itu  Direktur Perlindungan WNI di Luar Negeri Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha yang hadir mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Irma Lestari. Menurutnya Irma merupakan salah satu dari lima WNI yang hilang kontak saat gempa turki 6 Februari 2023 lalu. Namun atas kerjasama dari semua pihak baik dari pemerintah Indonesia maupun turki akhirnya semua bisa ditemukan. Walaupun Irma dan salah seorang WNI lain ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

“Kita ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pemulangan ibu Irma kembali ke Lombok yang membutuhkan waktu sekitar 2 hari perjalanan,” bebernya.

Ia pun berdoa segala amal ibadah almarhumah diterima Allah terlebih kematian Irma dianggap mati syahid karena dilanda bencana dan sedang berjuang memenuhi kebutuhan keluarganya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 489

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *