PRAYA – Anda semua tidak ada yang tidak tahu keberadaan proyek pembersihan tumbuhan air eceng gondok di Bendungan Batujai, Kabupaten Lombok Tengah. Setiap tahun proyek musiman ini berlangsung, anggaran pembersihan eceng gondok ini cukup besar miliaran rupiah. Tapi sayang kita semua tutup mata. Demikian juga aparat penegak hukum (APH) tidak pernah bersikap menelisik progres proyek setiap tahun itu. Ada apa?
“Setiap saya lewat hati terus bertanya pada diri sendiri, ini proyek ndak pernah berhenti sudah beberapa tahun. Saya curiga ini proyek abadi eceng gondok. 3 hari kemudian datang lagi dengan jumlah yang lebih besar, setelah itu lagi dibersihkan,” tulis Basnim wargenet dalam status di media social facebook, 14 Mei 2022.
Sementara Selasa kemarin, massa dari LSM Jaringan Pemuda Mahasiswa Nusantara (JAPMA) NTB datang mempersoalkan proyek ini. Mereka melihat tidak pernah tuntas proyek milik BWS ini. Kuat dugaan, proyek ini hanya menghabiskan uang Negara.
Koordinator aksi, Saidin Al Fajri mengatakan, sejak masih di bangku SMA proyek eceng gondok ini sudah ada.
“Harusnya proyek menghambur-hamburkan uang negara ini ada kejelasan kapan penyelesaian, ” tegasnya.
“Ini plang proyek tidak ada, setiap tahun eceng gondok dibersihkan terus menerus, tapi makin banyak ini uang negara apakah ngak ada yang lain ya penggunaanya. Atau di Indonesia ini kita tidak memiliki pakar cara memusnahkan eceng gondok ini, kami curiga ini,” sebutnya.
Humas BWS NT 1, Abdul Hanan yang menerima hearing justru memberikan ibarat jika bendungan ini merupakan halaman rumah yang harus disapu bersih setiap paginya, setiap hari akan terus dipenuhi dengan sampah daunan dan harus terus menerus dibersihkan.
“Eceng gondok ini adalah sampah, maka sama dengan eceng gondok, bendungan ini kita melakukan pembersihan ribuan hektare. Maka kita pakai alat berat,” jawabnya santai.
Dibeberkannya, adapun penanganan lainnya yakni kelompok masyarakat yang ikut diberdayakan, meskipun sejak dulu hanya program saja namun sekarang langsung pemberdayaan. Seperti Pokmas Panjisari yang memproduksi Pupuk kompos dan menjadi media tanam kelor. Menurut tanaman bio pertanian ini sangat baik untuk tumbuhan apabila telah menjadi kompos.
Adapun papan anggaran proyek tidak dipasang pihaknya berdalih menggunakan sistem swakelola, dimana berdasarkan areal dan anggaran tersebut tidak dapat dipublikasikan, mengingat pelaksana bukan melalui tender namun penunjukan langsung.
“Pokmas intinya mendapatkan anggaran di bawah 200 juta perkelompok per tahunnya. 1 Pokmas menaungi 2 pokmas, yakni Panjisari sebagai induk, dan juga ada Pokmas Prapen kemudian Pokmas Batujai,” ungkapnya.
“Pengoperasian alat berat tidak masuk dalam proyek ini mengingat merupakan milik BWS, kita hanya menggunakan OP (operasional dan pemeliharaan, red) yakni upah sopir alat dan hanya pembelian solar alat berat saja,” sambungnya.
Dalam penganggaran negara juga jelas melalui aturan dalam keuangan negara, baik dalam pengeluaran keuangan baik pengadaanpun semacam memiliki Sub Kontrak (Subkon), selain ini merupakan dalam bentuk sebagai operasional masyarakat dalam pemberdayaan.
Dia mengatakan, adapun faktor berkembang biakan eceng gondok ini secara pesat merupakan dampak dari keramba ikan dari sisa pakan ikan, kemudian limbah rumah tangga dan juga aliran air sawah pemupukan para petani yang masuk ke sungai.
Sementara, Tim Teknis BWS NT II Praya, H. Sahnal mengungkapkan kondisi dimana genanagan Bendungan Batujai seluas 1000 hektare dan hampir 500 hektare genangan hidup tumbuhan eceng gondok. Ada aliran sungai kecil yang masuk melalui 5 lokasi yakni, sungai Lanjut, Leneng, Semayan, Karang Lebah dan Prapen.
“Kita juga bimbang sebenarnya, mau dibersihkan total eceng gondok ini karena mengurangi sigmentasi tampungan air waduk, disisi lain ternyata eceng gondok ini juga sebagai penyaring dan penjernih air sungai melaui akarnya,” katanya.
“Saya sudah 7 tahun fokus men untaskan eceng gondok ini dengan berbagai macam cara, baik dari dengan insektisida pada daun, membersihkan dengan alat berat hingga melepas ikan pemalan eceng gondok, namun belum ada terobosan jitu,” pungkasnya.(tim)