PRAYA – Petani lobster di sejumlah tempat di Kabupaten Lombok Tengah kini “ikat kepala”. Mereka habis akal agar bagaimana pendapatan seperti sebelumnya bebas mengirim benih lobster ke luar negeri bisa dilakukan.
“Tidak turun melaut berarti dapur tidak mengepul,” ungkap salah satu petani lobster dari Desa Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat, Muslim.
Kondisi benih lobster (BL) saat ini banyak dipermainkan oknum yang tidak bertanggung jawab, selain harga yang tidak stabil juga merupakan keluhan yang paling dirasakan. “Saat ini BL pasir seharga 3000 rupiah per ekor, kemudian mutiara 10.000 per ekor,”ceritanya.
Saat ini pihaknya hanya memperoleh sekitar 180 ekor di 3 kerambanya. Piahaknya juga menceritakan dimana saat harga BL yang sedang bagus seperti dulu pihaknya mampu mendapatkan keuntungan dari 20 juta sampai dengan 30 juta sehari. Mengingat pihaknya menjadi penangkap, pengepul, dan juga sebagai pengirim.
“Sekarang omset saya hanya 900 ribu samapai dengan satu juta, ” keluhnya.
Sementara, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Tengah, Muhammad Kamrin mengaku dimana saat ini nelayan harus di sertifikasi secara online, setiap tahun sekitar 300 orang mengajukan Dan diterbitkan dinas baik E-Nelayan meskipun sampai saat ini belum di buka kembali ruang untuk eksport BL.
Adapun banyaknya keramba yang masih di pesisir Pantai selatan pohaknya mengaku untuk budidaya dan adanya transaksi hanya untuk mendukung budidaya dan hanya pengiriman antar daerah.
“Adanya rekomendasi khusus dalam pengiriman saat ini bukan hanya Surat Keterangan Asal Benih (SKAB). Namun juga harus adanya rekomendasi dimana BL tersebut akan dikirim dan hanya untuk budidaya, ” cetusnya.(tim)