FOTO DIKI WAHYUDI/RADARMANDALIKA.ID SUNTIK: Seorang petugas kesehatan hewan NTB saat melakukan pengambilan darah kerbau, belum lama ini di Kuta.

PRAYA – Penyebab matinya 19 ekor kerbau di sekitar Sirkuit Mandalika di Dusun Ketapang Desa Kuta, Kecamatan Pujut belum lama ini ternyata disebabkan penyakit menular septicaemia epizootika (SE) atau ngorok.

Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Lalu Iskandar mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kerbau mati dengan proyek Sirkuit Mandalika. Iskandar menyebutkan, dampak semua ini 74 ekor kerbau terpaksa dipotong. Dimana sejak munculnya ke permukaan kematian kerbau ini, kematian kerbaun secara mendadak tercatat 6 ekor, dan sisanya merupakan mati diakibatkan dipotong.
“Langkah kami lakukan di Dinas Pertanian bersama Dinas Kesehatan Hewan Provinsi NTB telah melakukan tes lab,” bebernya.

Dalam surat keputusan kementrian peternakan dan pertanian RI nomor:4026/kpts/ot/2013 dijelaskan bahwa SE ini termasuk dalam penyakit termasuk 25 penyakit baru, disebabkan oleh bakteri pustorel amultosida namanya.
“Upaya kongkrit kami dalam waktu dekat yakni akan melaksanakan vaksinasi dimana sebagain sudah dilakukan, kemudian kami akan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kesehatan hewan Provinsi dengan melakukan vaksinasi secara bersamaan,” bebernya.

Sementara, adapun target dengan melakukan isolasi kerbau di Desa Kuta, pihaknya juga menggencarkan vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan dalam waktu akan dapat menuntaskan persoalan ini.
“Ketersediaan vaksin sekitar 1.000 dosis dan akan didukung dinas kesehatan hewan provinsi NTB,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, selama ini memang tidak ada asuransi yang diikuti para peternak terdampak, baik akibat pencurian dan mati karena penyakit. “Cukup hanya membayar 40 ribu saja maka setiap tahun dapat diklaim 10 juta per ekornya,” cerita Iskandar.

Sementara, Kabid Peternakan di Dinas Pertanian Loteng, Agus Muliadi menuturkan bahwa dari hasil lab PCR yang dikeluarkan oleh lab balai besar veteriner Denpasar, bahwa kasus ini sudah jelas penyakit hewan menular.

Dia menepis bahwa adanya rumor ada dugaan diracuni. Ditegaskannya, itu tidak benar dan tidak bisa dibuktikan.”Artinya bukan genosida dari arah ternak ke manusia, hanya sebatas ternak saja,” jelas dia.
Dirinya mengambil sampel selama 2 kali saat ada laporan kejadian, pihaknya lansung mengambil sampel untuk ditindaklanjuti. “Bukan hanya di wilayah Desa Kuta, Prabu dan Desa Tumpak yang mengalami,”sebut dia.
Dokter Hewan, Dr Firman menerangkan bahwa dia telah menindak lanjuti yakni vaksinasi dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar hewan ternak segera diisolasi. “Daging kerbau yang terpapar ini aman dikonsumsi,” katanya.(tim)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 362

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *