Gaji Paling Rendah 6 Juta, Ngaku Kangen Keluarga
Para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTB banyak bercerita saat rombongan Disnakertrans NTB, wartawan dan pihak terkait lainnya melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Malaysia. Tepatnya bertemu dengan para TKI bekerja di ladang sawit, Johor Bahru.
JHONI SUTANGGA – JOHOR BAHRU
MENJADI buruh merupakan bukan mimpi besar mereka sejak kecil. Tapi karena kondisi dan nasib sekarang, semua harus dijalani demi keluarga di Lombok, NTB. Demikian disampaikan Hartawan, 40 tahun warga Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah.
Hartawan merupakan TKI bisa disebut sukses. Baru kali ini pendapatan setiap bulan minimal diterima Rp 6 juta. Dia salah satu dari ratusan TKI NTB yang bertahan di Perusahaan Sawit Koperasi Ladang Berhard (KLB), Johor Bahru, Malaysia. Kendati rekan kerjanya mendapatkan gaji sampai Rp 25 juta, ia tetap disyukurinya.
“Alhamdulillah ada buat ngirim ke keluarga di rumah,” cerita Hartawan, pekan lalu.
Pria berewok itu dengan polos bercerita. Pilihan hidupnya mungkin sudah harus menjadi TKI. Bahkan bukan kali ini saja masuk ke Malaysia, ini kali keempat.
“Rumah ditanggung, air listrik gratis. Terkadang memang harus bayar sendiri kalau kelebihan pemakaian,” kata Amaq Andin panggilannya.
Dikatakannya, di KLB dia masuk tahun 2019 melalui PJTKI, PT Pamor Sapta Dharma. Kebetulan PT milik Tri Sukma Hariyadi itu salah satu satunya perusahaan PJTKI di Lombok yang bekerjasama dengan KBL.
Sehari hari dia bekerja sebagai tukang potong. Berangkat pagi pulang siang. Beruntung posisi lokasi kerja dekat masih satu kawasan dengan tempat tinggalnya. Apalagi tempat itu telah disiapkan fasilitas seperti masjid.
Dari segi penghasilan bulanan terbilang lebih dari cukup. Malah dia sudah bisa membeli tanah seluas 2 are, sepeda motor dan sapi.
Saking lama hidup di Negeri Jiran, ia pun sudah terbiasa menjalani aktivitas kerjanya. “Kalau kangen anak istri salah satu yang tidak bisa ditutupi. Saya tidak pernah pulang selama 4 tahun. Sejak Covid-19,” ceritanya.
Hartawan mengaku tidak ada yang mau jauh dari keluarga, namun hanya keadaan yang membuatnya begini. Saat ini dirinya juga masih membiyayai anak sekolah.
Hal kedua yang cukup disedihkan saat Idul Fitri. Lebaran menjadi ajang ngumpul keluarga. Namun sudah 4 tahun dia lebaran jarak jauh saja.
Lain halnya dengan Azhari yang agak pendiam. Azhari warga Desa Murbaye, Kecamatan Pringgarata belum pernah pulang selama 4 tahun. Beruntung di tempat kerjanya sangat harmonis. Semua fasilitas disedikan KLB.
“Alhamdulillah lumayan,” katanya.(*)