MATARAM – Untuk memenuhi kekurangan kamar hotel penonton MotoGP, pemerintah akan menyewakan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). “Jadi ada rumah yang sudah terbangun belum diserahkan ke penerima manfaatnya itu yang akan kita manfaatkan,” ungkap Sekda NTB, Lalu Gita Ariadi, kemarin.
Sekda mengatakan bagi yang sudah teriisi mereka tidak akan diganggu. Ini sekaligus menjawab wacana Pemprov yang membelenggu penghuni Rusunawa demi menyiapkan penonton MotoGP.
“Ini perlu saya luruskan. Yang sudah berisi tidak akan diganggu gugat. Mereka akan tetap tinggal nyaman dan damai,” tegasnya.
Saat inu sudah terbangun Rusunawa di 52 lokasi dengan jumlah 54 blok. Ada yang sudah dihuni ada yang baru selesau dibangun dan belum dihuni.
“Yang belum dihuni itu yang akan kita data. Rusun yang baru selesai dibangun belum diserahkan dan kita manfaatkan itu yang sedang kita inventarisir untuk penunjang kamar MotoGp,” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Perumahan dan Permukimana NTB, Jamaludin menjelaskan pihakanya telah berkoordinasi dengan Balai Penyediaan Perumahan Nusa Tenggara I. Juga bersama sejumlah Univervitas yang memiliki Rusunawa maupun dengan Rusunawa Nelayan di Bintaro Sekarbela Mataram.
“Rusun yang baru selesai dibangun dan belum diserahkan kami masih mendatanya,” kata Jamal.
Nantinya ketika sudah jelas berapa jumlahnya. Perkim akan mempersilahkan Dinas Pariwisata NTB untuk melakukan penjualan. Hasil penjualannya nanti akan dikembalikan kepada pengelola Rusunawa.
“Total kamar Rusunawa terbangun 20-an dari tahun lalu. Kamarnya tidak sampai 1.000 kamar,” bebernya.
Dilanjutkan Kepala Dinas Pariwisata NTB, Yusron Hadi menjelaskan kamar yang tersedia baik kamar hotel, homestay, Sarana Hunian Warga (Sarhuna) maupun Camping Ground baru diangka 24.768 kamar.
“Tercatat Rusunawa berpotensi sampai 262 kamar,” kata Yusron.
Jika melihat rasiao jumlah penonton mencapai 100 ribu orang dimana asumsi lokal domestik diangka 25 ribu maka dibutuhkan kamar hotel untuk 75 ribu penonton. Jika satu kamar diasumsikan diisi dua orang maka membutuhkan 35 ribu kamar.
“Dari yang tersedia 24.768, ia masih ada kekurangan sekian (10.232 kamar),” jelasnya.
Jumlah penginapan itu belum termasuk rencana sandar kapal PELNI yang memiliki 3.500 kamar, kemudian ada juga kapal pesiar dan kapal Pinisi dengan kapasitas 4 ribu kamar.
Pihaknya juga telah melakukan pengecekan langsung mengenai ketersediaan kamar dengan mengambil sample di masing masing daerah sebesar 10 ribu kamar maka tingkat keterisianny baru diangka 54,96 persen.
“Ini artinya di Lombok masih banyak yang belum di booking,” terangnya.(jho)